7 Hal Seputar Rangkaian Galungan dan Kuningan di Bali yang Belum Banyak Diketahui
Setiap perayaan Galungan dan Kuningan siswa sekolah akan diliburkan selama 2 minggu.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
3. Identik dengan Raja Jaya Kesunu
Dalam lontar Sri Aji Jaya Kesunu diuraikan bagaimana awalnya perayaan Hari Raya Galungan.
Menurut Putu Eka Guna Yasa dalam lontar Sri Aji Jaya Kesunu diceritakan bahwa raja-raja yang memerintah sebelum Raja Jaya Kesunu mengalami penderitaan yang luar biasa seperti adanya gering atau penyakit, banyak warga masyarakat yang mengalami musibah.
"Dianggap pada waktu itu Bhuta Dunggulan tidak mendapat labaan sehingga kemudian ada bencana di wilayah kerajaan Bali," kata Guna yang ditemui Senin (28/5/2018) siang.
Dengan adanya gering dan kesengsaraan yang melanda Bali, Raja Jaya Kesunu lalu melakukan tapa brata.
Saat melakukan tapa brata, ia didatangi Bhatari Durga dan diberikan informasi agar melaksanakan Hari Suci Galungan supaya tidak terjadi kegeringan atau musibah.
"Setelah melaksanakan Galungan ini menurut teks ini tidak terjadi lagi musibah tersebut," imbuhnya.
4. Ada Peringatan Agar tak Lupa Melaksanakan Galungan
IB Suamba mengatakan Galungan tidak pernah ke-cuntakaan-an, artinya tidak pernah berhenti melaksanakan Galungan karena kematian atau keadaan-keadaan lain.
Selain itu, Raja Jaya Kesunu, seorang raja di Bali pada masa lalu memperingatkan kepada umat Hindu agar tidak pernah lupa melaksanakan Galungan apabila manusia dan masyarakatnya ingin hidup sehat, tentram dan bahagia.
“Usia raja-raja di Bali pada masa itu pendek (cendek tuwuh) karena Galungan tidak lagi dilaksanakan," katanya.
5. Ada Tiga Jenis Galungan
Ada tiga jenis Galungan yang dilaksanakan di Bali yakni Galungan biasa, Galungan Nadi, dan Galungan Nara Mangsa.
IB Suamba mengatakan, apabila Galungan bertepatan dengan Purnama disebut Galungan Nadi.
Apabila bertepatan dengan Tilem pada Sasih Kesanga disebut Galungan Nara Mangsa.