7 Hal Seputar Rangkaian Galungan dan Kuningan di Bali yang Belum Banyak Diketahui
Setiap perayaan Galungan dan Kuningan siswa sekolah akan diliburkan selama 2 minggu.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Hari Raya Galungan merupakan hari besar di Bali.
Setiap perayaan Galungan dan Kuningan siswa sekolah akan diliburkan selama 2 minggu.
Hari raya yang jatuh setiap enam bulan sekali ini dirayakan dengan meriah di Bali dan banyak orang menganggap bahwa hari Raya Galungan adalah hari kemenangan dharma atau kebaikan atas adharma atau kebatilan.
Ini beberapa hal tentang Galungan dan Kuningan yang belum banyak diketahui.
1. Rangkaian Galungan 42 Hari
Rangkaian Galungan merupakan rangkaian upacar terpanjang yakni selama 42 hari.
Hal ini dikatakan I.B. Putu Suamba penulis beberapa buku seperti Siwa Budha di Indonesia yang juga Dosen Politeknik Negeri Bali, dalam Rembug Purnama Bhadrawadha di Pura Jagatnata Denpasar saat Purnama Kasa beberapa waktu lalu.
Rangkaian Galungan dimulai dari Tumpek Wariga yang dirayakan pada Saniscara Kliwon Wariga hingga Buda Kliwon Pahang.
Dan selama rentang waktu tersebut ada beberapa hari Raya mulai dari Sugihan Jawa, Sugihan Bali, Penyekeban, Penyajaan, Penampahan Galungan, Umanis Galungan, Ulihan, Pemacekan Agung, hingga Kuningan dan berakhir saat Buda Kliwon Pahang.
2. Galungan Identik dengan Durga Puja
Mepeed, Barisan Ibu-Ibu menuju Pura Desa dan Pura Puseh untuk Menghaturkan Banten. (dokumen tribun bali)
I.B. Putu Suamba mengatakan panugrahan Bhatari Durga kepada Raja Jayasunu mengandung pemaknaan bahwa Galungan berkaitan dengan Durga Dewi
Saat Penampahan Galungan menurut Suamba ada penyembelihan babi dan binatang lainnya, yang memperlihatkan aspek-aspek Tantrayana yang terlibat di dalam pemujaan Durga Dewi pada saat Galungan.
"Sama dengan yang dilaksanakan di beberapa wilayah di India dan Nepal, penyembelihan binatang dilaksanan. Sebagai diketahui sadhana di dalam ajaran Tantrayana menggunaka Panca Ma, yaitu Mamsa (daging), Mada (minuman keras), Matsa (ikan), Mudra (biji-bijian) dan Maithuna (hubunagn seks). Aspek-aspek ini terlibat di dalam pemujaan pada hari Galungan," katanya.
Pegiat lontar yang juga Dosen Bahasa Bali Unud, Putu Eka Guna Yasa juga mengatakan Galungan identik dengan Durga Puja karena ada prosesi penampahan yang dilaksanakan sehari sebelum Galungan.
"Dan bisa jadi jaman dahulu yang dipotong juga kerbau sebagai lambang Mahesasura Mardini dan di Buleleng maupun beberapa daerah di Tabanan masih ada tradisi nampah kerbau. Itu identik dengan pemujaan Durga atau ibu alam semesta sebagaimana bahasa Mpu Sedah dan Mpu Panuluh dalam Kekawin Arjuna Wiwaha," kata Guna.