Dinas PKP Bangli Ambil Sampel Organ Babi Mati di Desa Dausa
Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli telah menindaklanjuti kasus kematian babi secara mendadak di wilayah Desa Dausa,
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI– Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli telah menindaklanjuti kasus kematian babi secara mendadak di wilayah Desa Dausa, Kintamani, Bangli, Bali.
Pihak dinas juga mengaku telah mengambil beberapa organ babi sebagai sample untuk dilakukan pemeriksaan.
Kepala Dinas PKP Bangli, I Wayan Sarma mengatakan, hingga kini total terdapat 10 ekor babi yang telah mati di wilayah Desa Dausa, Kintamani.
Diantaranya dua ekor milik Jero Bayan Kimper dan delapan ekor milik Putu Eka Diana Putra.
• Ini Penilaian Stefano Lilipaly Tentang Shin Tae-yong, Banyak Hal Positif yang Diberikan
• Babi Mati Mendadak Meluas di Karangasem, Sudah Tembus 50 Ekor di Lima Desa
• Bisa Menghindari Depresi, Berikut Cara untuk Menjadi Orang Sabar dan Ikhlas
Pihaknya mengaku telah memerintahkan beberapa dokter hewan dan kepala UPTD untuk merespon laporan masyarakat.
Untuk penyebab kematian, Sarma belum bisa memastikan sebab perlu pemeriksaan laboratorium.
“Kita tidak bisa serta merta menyebut penyebabnya karena ASF (African Swine Fever). Sebab ASF dan Hog Cholera gejalanya hampir sama, sehingga tanpa adanya hasil lab belum berani kami pastikan,” ujarnya Jumat (21/2/2020).
Sarma mengatakan ciri-ciri ASF dan Hog Cholera yang hampir sama, yaitu gejala demam serta muncul bintik-bintik merah.
Perbedaannya jika Hog Cholera terlihat mata babi bengkak.
Petugas telah mengambil sample organ bangkai babi yang mati, serta telah dibawa ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar.
“Ada sejumlah sample yang diambil. Seperti organ hati, limpa, jantung, hingga pankreas. Jika tidak ada indikasi ASF, kemungkinan dua pekan sudah selesai. Namun jika ada indikasi itu (ASF), hasilnya harus dikirim ke BBVet Medan,” ucapnya.
Sarma menjelaskan potensi penularan virus salah satunya disebabkan oleh kontak langsung. Baik lewat pakan maupun manusia.
Oleh sebab itu bagi peternak yang mendapati babinya mati secara mendadak, pihaknya menyarankan agar tidak berpindah ke kandang lainnya sebelum membersihkan diri.
Ia mengatakan wilayah Desa Dausa terdapat banyak saudagar babi.
Sehingga sangat berpotensi menjadi perantara penyebaran virus, ketika melakukan transaksi jual beli babi.
“Terhadap penularan dengan manusia sebagai perantaranya, kunci pertama yang harus diterapkan adalah bio security, dengan cara disemprot menggunakan desinfektan,” ucapnya.
Sarma menambahkan, untuk sementara para peternak sebaiknya mengurangi populasi babi atau membeli dari tetangga yang masih dalam satu kabupaten.
Ia juga mengimbau agar para saudagar tidak tergiur harga babi yang cenderung murah.
“Bagi peternak yang telah mengalami kematian babi, kami sarankan agar mengosongkan kandang terlebih dahulu. Selain itu juga melakukan pembersihan kandang menggunakan desinfektan dan formalin. Sebab jika sudah terkena penyakit, tingkat mortalitas ternak tinggi. Kami juga menyarankan jika ada ternak babi yang sakit, lebih baik ditempatkan pada kandang isolasi,” katanya.
Sarma tidak menampik jika di Bangli banyak kejadian babi yang mati, seperti di wilayah Desa Kayubihi, ataupun Desa Peninjoan, Tembuku.
Hanya saja setelah dilakukan pengecekan oleh petugas, kematian babi lebih disebabkan karena diare ataupun mati pasca melahirkan.
“Dalam hal ini tidak perlu dilakukan pengambilan sample, karena sudah jelas gejala klinisnya,” tandas Sarma. (*)