Ngopi Santai
Puasa Berciuman dan Kisah Indah Corona
Coronavirus memang mensyaratkan kita mengurangi kontak fisik sehingga cium tangan atau berjabatan tangan hari-hari ini agak dibatasi.
Penulis: DionDBPutra | Editor: Eviera Paramita Sandi
Untuk sementara waktu memang dapat dimaklumi harus puasa cium hidung, cuti cipika (cium pipi kiri kanan) dan jabat tangan.
Namun, tidak boleh mengurangi respek dan hormat.
Kita toh masih mungkin menatap mata lawan bicara, cangkupkan tangan di dada atau salam hormat membungkukkan badan ala Jepang.
Pengembaraan corona yang belum bertepi memang mengandung sejumlah konsekuensi yang mesti disikapi secara cerdas dan bijaksana.
Kewaspadaan tetap tinggi namun tanpa mengganggu aktivitas kehidupan masyarakat umumnya.
Bagi umat Katolik, misalnya, ada ritual cium salib saat perayaan Jumat Agung (peringatan wafat Yesus Kristus) awal April 2020 nanti.
Otoritas Gereja tentu sudah punya rencana terbaik. Apakah tetap cium salib sebagaimana berlaku saat ini atau berbeda caranya.
Beberapa opsi sudah dikedepankan.
Kisah Indah Corona
Sampai detik ini sebaran kasus virus corona meluas ke sedikitnya 77 negara di seluruh dunia.
Tapi kabar baiknya jumlah pasien yang sembuh dari virus yang awalnya menyebar di Wuhan, China tersebut juga semakin banyak.
Bahkan beribu kali lipat dibandingkan jumlah yang meninggal
dunia.
Artinya corona tak melulu kabar seram mematikan.
Ada kisah indah yang menumbuhkan harapan.
Peta persebaran COVID-19, Coronavirus COVID-19 Global Cases by John Hopkins CSSE melansir, hingga Rabu 4 Maret 2020, jumlah pasien yang sembuh tercatat sebanyak 48.252 orang.