Ngopi Santai

Puasa Berciuman dan Kisah Indah Corona

Coronavirus memang mensyaratkan kita mengurangi kontak fisik sehingga cium tangan atau berjabatan tangan hari-hari ini agak dibatasi.

Penulis: DionDBPutra | Editor: Eviera Paramita Sandi
Pixabay
Ilustrasi jabat tangan atau salaman 

Tradisi luhur itu pun telah berkembang jauh menjadi kebiasaan masyarakat Tenggara Timur.

Sebagai pembanding, cium hidung ala Sabu mirip hongi dari Suku Maori di Selandia Baru.

Kembali ke laptop! Coronavirus memang mensyaratkan kita mengurangi kontak fisik sehingga cium tangan atau berjabatan tangan hari-hari ini agak dibatasi.

Bahkan puasa sementara dulu seperti cium hidung di Nusa Tenggara Timur itu.

Di Kabupaten Gianyar, Bali pimpinan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat telah mengeluarkan imbauan agar semua sekolah menghentikan salam jabat dan cium tangan antara murid dan guru.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Gianyar, I Wayan Sadra mengajak para murid dan guru menggunakan salam namaste atau mencakupkan tangan di dada.

“Bersalaman dan mencium tangan guru selama ini adalah bentuk etika. Namun, karena kondisi seperti saat ini (epidemi corona) untuk sementara waktu, sikap salaman itu diubah menjadi namaste,” kata Wayan Sadra kepada Tribun Bali, Rabu (4/3/2020).

Dia juga mengimbau kepala sekolah dan guru memantau kondisi anak didiknya.

“Bila ada siswa demam, batuk dan flu segera kontak tim medis. Namun saya berharap tindakan jangan berlebihan yang dapat membuat panik. Sebab saat ini musim hujan, penyakit demikian (batuk, flu) umum terjadi di Indonesia,” ujarnya.

Jangan berlebihan. Itulah kata kuncinya.

Nah seorang kerabat bercerita betapa corona bikin dirinya parno (paranoia).

Apalagi sejak Presiden Joko Widodo mengumunkan dua warga negara Indonesia (WNI) positif
terjangkit corona pada 2 Maret 2020.

Dia yang biasanya gesit bersalam-salaman seusai ibadah mendadak takut bersentuhan tangan.

“Saya takut kena corona,” katanya. Belakangan dia sadar kecemasan itu over dosis.

Mendadak mengubah kebiasaan tanpa menjelaskan alasan berpotensi membuat teman, kolega atau orang lain tersinggung.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved