Halo Matahari di Kuta
Fenomena Halo Matahari di Bali, Begini Tanggapan dari Para Saksi Mata
Fenomena ini menjadi perhatian bagi sejumlah masyarakat karena dapat dikatakan jarang terjadi sebelumnya.
Penulis: Ni Kadek Rika Riyanti | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Kadek Rika Riyanti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hari ini Selasa (10/3/2020) siang, masyarakat Bali digemparkan oleh adanya fenomena Halo Matahari.
Fenomena ini menjadi perhatian bagi sejumlah masyarakat karena dapat dikatakan jarang terjadi sebelumnya.
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Iman Faturahman sempat mengatakan, fenomena Halo Matahari adalah fenomena optis oleh adanya pembiasan/perpendaran sinar matahari oleh awan Cirrus (awan tinggi) yang mengandung sedikit uap air dan butiran es.
Tidak hanya dapat dilihat di daerah Kuta, Badung, fenomena ini juga dapat disaksikan di daerah Denpasar.
• Hampir Rampung, Ogoh-ogoh Dewa Wisnu ST Eka Dharma Suwitra Raib Digondol Maling
• Waspada Kasus DBD Mulai Muncul di Kota Denpasar, Alami Peningkatan Saat Musim Hujan
• Pakar Singapura: Covid-19 bakal menyerang hingga akhir 2020
Seperti salah satu saksi mata Inten (29), yang melihat fenomena ini berlangsung ketika tengah menjemur pakaian.
Ibu rumah tangga (IRT) ini mengatakan melihat bulatan aneh yang mengitari matahari di awan, tetapi sekejap kemudian tersadar bahwa yang dilihatnya adalah fenomena Halo Matahari.
“(Fenomena) ini menakjubkan, karena selain fenomena langka, bentuk lingkaran yang mengelilingi matahari seperti cincin ini terlihat cantik,” ujarnya melalui pesan sosial media, Selasa (10/3/2020).
Dirinya pun mengaku melihat fenomena ini baru pertama kalinya.
Ia mengungkapkan menyaksikannya pukul 12.46 WITA sampai 12.58 WITA dan segera mengabadikannya dengan kamera.
Di daerah lain, tepatnya di Tibubeneng Kecamatan Kuta Utara, Badung, I Gusti Agung Kade Suta Ariana (22) menyaksikan fenomena tersebut pada pukul 12.30 WITA.
Kade Suta mengatakan bahwa fenomena ini sangat bagus, selain karena tampak elok, dirinya juga menilai ini sangat menarik karena bertepatan dengan hari ulang tahunnya.
“Menariknya karena barengan dengan tanggal kelahiran saya. Saya melihatnya sekitaran setengah satu siang. Setelah saya lihat, saya foto lalu balik kerja lagi. Jadi tidak tahu sampai jam berapa,” kata Kade Suta yang bekerja sebagai terapis.
Sayangnya, tidak seluruh wilayah dapat menyaksikan fenomena ini.
Hal itu bergantung pada ada tidaknya awan cirrus di wilayah tersebut, serta didukung oleh atmosfer yang stabil, dimana di sekitarnya haruslah dalam keadaan cenderung cerah. (*).