Virus Corona

Pakar Singapura: Covid-19 bakal menyerang hingga akhir 2020

Sejumlah pakar di Singapura berpendapat, saat episentrum wabah bergeser dari China, tidak mungkin penyakit itu akan berkurang seperti SARS.

Editor: Wema Satya Dinata
Xinhua via SCMP
Tim medis memberikan kode kepada salah satu pasien virus corona. Dokter di Wuhan mengisahkan bagaimana suka duka mereka dalam merawat pasien yang positif terkena virus. 

TRIBUN-BALI.COM - Jumlah orang yang didiagnosis Covid-19 meningkat di seluruh dunia. 

Sejumlah pakar di Singapura berpendapat, saat episentrum wabah bergeser dari China, tidak mungkin penyakit itu akan berkurang seperti SARS.

"Virus ini bakal menyerang global hingga akhir tahun," kata Associate Professor Hsu Li Yang, pimpinan program penyakit menular di Universitas Nasional Singapura, Saw Swee Hock School of Public Health pada Senin (9/3/2020) kepada The Straits Times.

Dia menambahkan, dengan lonjakan kasus secara global, harapan bahwa wabah akan berakhir pada bulan April atau Mei akan pupus.

Italia Dikarantina, Pemerintah Belum Akan Evakuasi WNI

Cerita Mengharukan Dokter di China yang Kembali Bekerja Setelah Terinfeksi Corona

Saran Mahfud MD kepada Penolak Omnibus Law Cipta Kerja: Baca Dulu, Baru Berdebat

Data yang dihimpun dari The Straits Times menunjukkan, jumlah kasus Covid-19 secara global yang terkonfirmasi telah melampaui 100.000 kasus dan jumlah kematian mendekati 4.000.

Sementara itu, Profesor Tikki Pangestu, seorang profesor tamu di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew dan mantan direktur departemen kebijakan dan kerja sama penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menguraikan tiga skenario yang mungkin dihadapi dunia:

Pertama, lebih banyak negara akan mengalami wabah, termasuk kasus parah, dan akan terus menjadi keadaan darurat.

Kedua, virus itu mungkin "hilang sama sekali", mirip dengan kasus SARS, merujuk pada wabah sindrom pernafasan akut yang parah yang merenggut hampir 800 nyawa di seluruh dunia pada tahun 2003.

Ketiga, virus menjadi endemik, dan umat manusia mungkin harus hidup dengan keberadaannya yang berkelanjutan, seperti virus lain seperti virus flu babi H1N1.

Pangestu mengatakan skenario ketiga adalah apa yang dipikirkan WHO. Itu akan menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari.

Profesor Leo Yee Sin, direktur eksekutif Pusat Nasional untuk Penyakit Menular mencatat, skenario dua - bahwa virus dapat "didorong kembali"  tidak mungkin terjadi.

Cara virus "disekresikan" berbeda antara pasien dengan SARS dan mereka yang dengan Covid-19.

"Pasien dengan Covid-19 cenderung mengeluarkan virus lebih awal, membuat pengendaliannya sulit," kata Leo. (*)

Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved