Sikapi Permasalahan Pertanian, HKTI Bali Laksanakan Dialog dengan DPD RI Mangku Pastika
Dialog yang menyikapi permasalahan dunia pertanian di Bali itu digelar di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Rabu (11/3/2020).
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bali melaksanakan dialog dengan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Daerah Pemilihan (Dapil) Bali Made Mangku Pastika.
Dialog yang menyikapi permasalahan dunia pertanian di Bali itu digelar di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Rabu (11/3/2020).
Ketua HKTI Bali Prof Nyoman Suparta mengatakan, dialog ini sebagai suatu kesempatan yang baik dikarenakan Mangku Pastika sendiri merupakan mantan Gubernur Bali.
Baginya, Mangku Pastika sudah cukup memahami pertanian di Bali.
• Kena Diabetes dan TBC, Seniman Joged Ketut Jingga Tutup Usia
• Data Tak Akurat, Pemkab Tabanan Validasi Data PBI BPJS Kesehatan
• Seorang Pasien Covid-19 Meninggal Dunia, Puluhan Dalam Pengawasan. Ini yang Dilakukan Pemprov Bali
“Yang saya pikir ya pasti sudah cukup memahamilah. Walaupun sekilas-sekilas begitu kan. Tidak semuanya, karena dalam kesibukan beliau sebagai gubernur kan pasti pertanian salah satu bagian," tuturnya.
Baginya, Made Mangku Pastika juga orang yang cukup cerdas dan mempunyai pemikiran yang bagus sehingga kemungkinan bisa diserap dengan cepat apapun yang disampaikan olehnya.
Beberapa hal itulah yang menyebabkan pihaknya mencoba melakukan dialog soal pertanian bersama dengan Made Mangku Pastika.
Dari dialog yang dilaksanakan itu, ada beberapa hal penting yang bisa dicermati. Apalagi di bidang pertanian hampir semuanya menjadi penting dan seakan-akan tidak habis dibahas hanya dalam kurun waktu satu hari.
Namun jika diringkas, yang perlu dibahas atau dikaji bersama-sama yakni mengenai penyetopan alih fungsi lahan.
Hal ini harus dilakukan mengingat lahan untuk pertanian sudah semakin menipis. Apabila alih fungsi tidak dihentikan maka lahan pertanian bisa habis.
Selain lahan, hal yang perlu disikapi yakni mengenai masalah degradasi air.
Air ini menjadi salah satu bagian terpenting dalam bertani. Tanpa air tidak akan bisa melakukan kegiatan pertanian.
Di sisi lain pihaknya juga ingin menyoroti pemasaran pertanian dan meningkatkan minat generasi muda agar mau untuk berprofesi sebagai petani di wilayahnya masing-masing.
Sementara itu, Mangku Pastika menuturkan pertemuan dirinya dengan HKTI Bali karena dianggap mempunyai upaya dan cukup berpengalaman di bidang pertanian yang menjadi dasar dari budaya dan pariwisata Bali.
Terlebih di era sekarang ini dunia pariwisata mengalami masalah, sehingga bantalannya harusnya dunia pertanian.
"Oleh karena itu hari ini saya bertemu dengan mereka dan menyerap berbagai persoalan," tuturnya.
Persoalan pertanian yang agak klasik yakni mengenai alih fungsi lahan, pasca panen; bibit, pupuk dan sebagainya; serta sumber daya manusia (SDM). Mengenai masalah SDM, Mangku Pastika menyoroti generasi muda yang agak kurang tertarik dengan dunia pertanian.
Jika generasi muda semakin enggan meniti karir di bidang pertanian maka ditakutkan tidak ada lagi yang 'mengawaki' sektor agraris.
"Fakta sekarang mengatakan bahwa para pertani kita umurnya diatas 50 tahun. Dan ini lama-lama kan tidak produktif lagi, tanah dijual dan sebagainya. Tidak ada yang menggarap dan tidak ada yang tersisa," tuturnya.
Keengganan generasi muda untuk bertani juga dinilai olehnya akan berimbas pada ketahanan pangan pada masa yang akan datang. Apalagi dunia pertanian memang identik dengan makanan, baik itu tanaman, ternak, ikan dan sebagainya.
"Itu menyangkut semua hidup kita ini, makanan.kita. oleh karena itu harus, baik pemerintah, stakeholder, tokoh masyarakat, para pemimpin, sudah memikirkan kembali persoalan ini," imbaunya. (*)