39 Ogoh-ogoh di Denut Dinilai Disbud Denpasar Hari Ini, Termasuk 'Tedung Agung' Banjar Tainsiat

Salah satunya yang dinilai yakni ogoh-ogoh Banjar Tainsiat dengan ogoh-ogohnya Tedung Agung.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN BALI/PUTU SUPARTIKA
Ogoh-ogoh Banjar Tainsiat Denpasar 

Ia mengatakan dirinya lebih suka membuat tokoh yang belum ada hal ini dikarenakan dirinya tak terlalu menggeluti dunia pewayangan.

"Saya terinspirasi dengan tedung dan ingin wujudkan jadi suatu tokoh yang saya kembangin filosofinya. Sekarang saya ingin memaksimalkan ogoh-ogoh yang sudah dibuat dua tahun ini," imbuhnya.

Untuk ogoh-ogoh tahun ini dirinya masih menggunakan sistem hidrolik, dimana gerakan untuk Tedung Agung ini hampir mirib dengan gerakan Ratu Sumedang yang dibuat dua tahun lalu.

"Tahun berikutnya saya akan maksimalkan untuk ogoh-ogoh tidur bangun juga kerangka agar tidak patah seperti kemarin, setelah itu saya baru buat konsep yang baru," imbuhnya.

Untuk anggaran pembuatan ogoh-ogoh ini mencapai Rp 100 juta.

"Tapi tidak melebihi angka itu, karena pengalaman sudah dipelajari sebelumnya, tahu material yang akan dipakai, kalau sebelumnya boros, sekarang kan sudah tau ini yang perlu dan ini yang tidak," katanya.

Jargon tahun ini pun menggunakan Asah Udeg yang diberikan oleh pemuda Banjar Tainsiap.

Asah Udeg memiliki makna pemuda siap berapapun biaya yang dikeluarkan untuk ogoh-ogoh, siap agar tidak ada lagi kejadian patah seperti tahun lalu.

Untuk ukuran ogoh-ogoh yang dibuat memiliki tinggi 8.5 meter termasuk kotak di bawah ogoh-ogohnya.

Sementara saat ogoh-ogoh jongkok memiliki ukuran sekitar 6 meter.

"Sistem gerak untuk ogoh-ogoh ini, bergerak saat dibutuhkan, misal ada halangan kabel dia jongkok. Saya sebenarnya lebih suka tidak bergerak karena lebih efisien dan kuat dalam hal konstruksi, tapi kan saya berpikirnya bisa membuat ogoh-ogoh besar dan bisa jalan, makanya pakai hidrolik," katanya.

Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, I Made Wedana menjelaskan ogoh-ogoh merupakan elemen penting yang patut dilestarikan, utamanya pakem-pakem ogoh-ogoh itu sendiri yang wajib mengangkat tema bhuta kala.

Pihaknya juga mengajak seluruh sekehe teruna di Kota Denpasar tidak hanya berorientasi pada nominasi semata, melainkan untuk bersama-sama memaknai lomba ini sebagai ajang pelestarian seni budaya.

“Mari kita jadikan lomba ogoh-ogoh ini sebagai ajang pelestarian tradisi, seni dan budaya Bali yang adi luhung,” kata Wedana.

Ia mengatakan pengumuman 32 nominasi di empat kecamatan akan dilaksanakan pada tanggal 20 Maret mendatang.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved