Nyepi di Bali

Nyepi Bertepatan dengan Buda Kliwon Pegatwakan, Begini Tata Cara Pelaksanaannya

"Apabila umat Hindu di Bali ada yang melaksanakan upacara piodalan di merajan atau sanggah atau pura, upacara tetap dilaksanakan

Penulis: Putu Supartika | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Wema Satyadinata
Ketua PHDI Bali, Prof I Gusti Ngurah Sudiana. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hari raya Nyepi saka 1942 yang dirayakan pada Rabu (25/3/2020) bertepatan dengan pelaksanaan Buda Kliwon Pahang atau yang biasa disebut dengan Buda Kliwon Pegatwakan.

Lalu bagaimana tata cara pelaksanaannya?

Dikonfirmasi Ketua PHDI Provinsi Bali, Prof. Dr. I Gusti Ngurah Sudiana, Sabtu (21/3/2020) siang mengatakan jika ada yang melaksanakan odalan dilaksanakan sebelum pukul 06.00 Wita.

"Apabila umat Hindu di Bali ada yang melaksanakan upacara piodalan di merajan atau sanggah atau pura, upacara tetap dilaksanakan, namun diusahakan agar menggunakan upacara tingkat terkecil dan dilaksanakan sedini mungkin dan upacara tersebut harus selesai saat galang kangin atau pukul 06.00 Wita," kata Sudiana.

Harapan dari Wuhan Bagi Dunia, WHO: Situasi yang Paling Parah Bisa Berbalik

5 Rekomendasi Drama Korea Pendek Ini Cocok untuk Temani Kegiatanmu di Rumah Saat Ini

Ia menambahkan, upacara dipimpin oleh pemangku pura yang bersangkutan dengan meminimalkan penggunaan api atau dupa.

Juga tidak diperkenankan menggunakan tetangguran atau tetabuhan gong dan Dharmagita.

Selain itu, dikarenakan sedang mewabahnya virus corona, peserta juga harus dibatasi.

"Ada pembatasan jumlah peserta. Tidak mengerahkan umat terlalu banyak atau cukup dilaksanakan oleh Pengempon yang berdomisili dekat dengan Pura, sedangkan umat yang lainnya cukup ngayat dari rumah masing-masing," katanya.

Sementara itu, pelaksanaan Tawur Kesanga pada masing-masing rumah tangga yakni di merajan atau sanggah menghaturkan Banten Pejati Sakasi dan atau semampunya.

Di natar depan pelinggih cukup menghaturkan Segehan Agung Atanding atau Segehan Cacahan 11/33 Tanding dan dipersembahkan kepada Sang Bhuta Bhucari.

"Di halaman rumah menghaturkan segehan Manca Warna 9 tanding dengan olahan ayam brumbun, disertai tetabuhan tuak, arak, berem dan air yang didapatkan dari desa setempat, dihaturkan kehadapan Sang Bhuta Raja dan Sang Kala Raja," katanya.

Di depan pintu masuk halaman rumah menghatur upakara Segehan Cacahan 108 tanding dengan ulam jejeron matah dilengkapi dengan Segehan Agung serta tetabuhan tuak, arak, berem, air tawar dari desa setempat, dihaturkan kehadapan Sang Bhuta Bala dan Sang Kala Bala.

Semua segehan tersebut dihaturkan dibawah pada saat sandi kala (sekitar pukul 18.30 Wita).

Di sanggah cucuk dihaturkan peras daksina tipat kelanan.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved