Corona di Bali
Stok Masker N95 Untuk Tenaga Medis di RSUP Sanglah Mulai Menipis
Untuk saat ini persediaan dari masker N95 tersebut sudah mulai menipis di RSUP Sanglah.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pasca merebaknya pandemi Covid-19 atau virus corona, ketersediaan masker tipe N95 saat ini sangat dibutuhkan oleh tim medis di beberapa Rumah Sakit khususnya di RSUP Sanglah Denpasar, Bali.
Dan untuk saat ini persediaan dari masker N95 tersebut sudah mulai menipis di RSUP Sanglah.
"Stok masker N 95 di RSUP Sanglah sudah mulai menipis maka dari itu kita mendorong untuk masyarakat yang memang memiliki stok masker N 95 yang lebih dapat menyumbangkan ke RSUP Sanglah," ujar, Kasubag Humas RSUP Sanglah, I Dewa Ketut Kresna, Sabtu (28/3/2020).
Sedangkan untuk saat ini persediaan alat pelindung diri atau APD di RSUP Sanglah belum berkurang.
Namun, pihak RSUP Sanglah sedang bersiap-siap jika terjadi lonjakan pasien yang datang.
Hingga saat ini sudah ada beberapa masyarakat yang menyumbangkan masker N95, hand sanitizer, multivitamin serta sarung tangan untuk para tenaga medis yang menangani Covid-19 di RSUP Sanglah.
Bahkan beberapa masyarakat lainnya juga menyumbangkan makanan seperti parsel buah.
Sementara, untuk jumlah pasien dalam pengawasan Covid-19 yang dirawat di ruangan Isolasi Nusa Indah terakhir kemarin pada, Jumat (27/3/2020) berjumlah sebanyak 20 orang.
Sediakan Konseling
Mewabahnya Covid-19 sangat berdampak ke seluruh dunia dan saat ini di Indonesia khususnya Provinsi Bali masyarakat sedang dibuat bingung akan informasi terkait Covid-19.
Maka dari itu RSUP Sanglah menyediakan konseling psikologi terkait Covid-19 gratis secara online.
dr Retno IG Kusuma, Psikolog RSUP Sanglah mengatakan, penyebaran informasi melalui media sosial mempunyai dampak yang tidak efektif untuk orang-orang yang terutama menderita kecemasan berlebihan.
"Kebayakan dari mereka yang memang mempunyai riwayat kecemasan lalu membaca pemberitaan-pemberitaan yang tidak benar secara tidak langsung akan mempengaruhi keadaan psikologinya. Mungkin pemberitaan hoaks lebih menarik paparannya namun tidak pada orang yang mempunyai riwayat kecemasan," ujar, dr Retno, Sabtu (28/3/2020).
Bahkan orang yang notabenenya tidak memiliki kecemasan yang berlebihan juga bisa menderita kecemasan setelah membaca berita-berita yang hoaks atau tidak benar.
Hal tersebut dikarenakan pandemi Covid-19 ini sangat berdampak pada finansial, fisik dan emosional, sehingga membuat kebanyakan orang menjadi semakin cemas.