Ngopi Santai
Senyum Seorang Tukang Batu
Denpasar selalu bergerak lebih lamban dan hening di hari Minggu. Tapi tidak di sepenggal banjar bernama Kertagraha Kesiman.
TRIBUN-BALI.COM, -- Denpasar selalu bergerak lebih lamban dan hening di hari Minggu. Tapi tidak di sepenggal banjar bernama Kertagraha Kesiman.
Jam delapan kurang lima belas menit, Siswanto (41) menyiapkan diri.
Dia mengenakan “seragam” kerja harian yang terdiri dari paduan celana panjang dan baju kaus oblong.
Dia memilih baju berlengan panjang kumal, tutup kepala dan kaus tangan.
Tak lupa masker mengingat pekerjaannya berlepotan debu dan kini sedang musim pandemi Covid-19.
Sambil siapkan peralatan, dia mengingatkan Tono (25), pembantunya mengenai pekerjaan apa yang akan mereka lakoni pertama kali hari itu.
“Siapkan campuran semen. Kita selesaikan pemasangan keramik di kamar ujung,” katanya. Tono menganggukkan kepala.
Ahad bukan hari libur bagi Siswanto yang mengarungi hidup sebagai tukang batu. Dia bekerja penuh tujuh hari dalam seminggu. Demikian juga pembantunya.
Baru saja mereka bisa istirahat dua hari saat libur Nyepi dan Ngembak Geni.
Hari itu, hari Minggu kelima bulan Maret 2020. Tepat pukul 08.00 Wita, Siswanto dan Tono mulai beraksi memasang keramik.