Corona di Bali
Sembuh dari Covid-19, MEP Bagikan Kisahnya ketika Dirawat di Ruang Isolasi,Kuncinya Positif Thinking
MEP, pasien covid-19 yang sudah sembuh ini justru mengaku ia bisa melakukan kegiatan lari-lari kecil di ruang isolasi
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Wema Satya Dinata
Selain itu, ia juga diminta melakukan latihan olah pernapasan.
“Setelah Nyepi itu, rasa sakit saya hilang. Dari yang makan rasanya cuma pahit saya mulai doyan makan, alat-alat dilepas, saya berolahraga jalan cepat lari kecil mengitari ruangan isolasi kecil itu sama latihan pernapasan, untuk mengembangkan paru-paru kembali,” terang dia.
Kemudian pada tanggal 28 Maret 2020 dokter sudah menyatakan MEP sembuh dari covid-19, diperkuat hasil uji swab yang dilakukan pada hari itu juga dan tanggal 30 Maret 2020.
Lalu, pada tanggal 31 Maret 2020 pria kelahiran Surabaya itu diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
“Untuk dinyatakan sembuh ada dua faktor pertama hasil swab negatif, kedua keputusan dokter, tanggal 28 Maret dinyatakan sembuh secara medis gejala sudah tidak ada sebenarnya boleh pulang, tapi saya masih ingin menunggu hasil swab dilakukan tes 2 kali, hasil yang tanggal 28 Maret keluar dan negatif, akhirnya tanggal 31 Maret saya diperbolehkan pulang,” jelas dia.
Pria berusia 35 tahun itu juga menuturkan pengalamannya selama berada di rumah sakit. Di mana tim dokter dan perawat selain mengobati juga memberikan dukungan semangat, termasuk dukungan moril dari rekan-rekannya lewat pesan teks yang ia terima di gawainya.
“Dokter suster selalu ngasih semangat agar imun saya lebih cepat tumbuh melawan penyakit ini, tidak ada obat khusus, saya hanya diberikan obat antibiotik dosis tinggi per hari 1 selama 5 hari, vitamin dan obat lainnya,” jelas dia
“Kalau makanan utamanya yang mengandung protein, di setiap menu selalu disediakan 3 butir telur, kadang direbus, dadar atau mata sapi, sehari saya mendapatkan makan 3 kali. Bukan hanya telur ada menu pendamping seprti nasi, bubur, burger, spagethi, menu sudah diukur kadarnya kita tinggal pilih saja, minuman utamanya susu putih, namun juga teh rendah gula dan jus buah-buahan,” lanjut dia.
Selain itu, ia juga menggambarkan bahwa ada dua sekat di satu ruang isolasi itu. Ruangan tempat ia dirawat sangat steril.
“Ada 2 sekat, sebelum ke ruangan saya, dari pintu pertama ada satu sekat ruang dokter dan suster yang mau masuk ke dalam tempat pakai baju APD berukuran sekitar 2x1 meter, jadi di dalam itu kondisinya steril, hanya ada saya, dari kaca saya bisa lihat,” bebernya
Untuk diketahui, sebelum dinyatakan positif Covid-19, MEP melakukan perjalanan dinas di luar kota 5 daerah. Saat pulang ke Bali tanggal 13 Maret 2020 gejala itu mulai ia rasakan. Ia mengalami batuk kering.
Tidak diketahui pasti, di mana dirinya pertama kali tertular virus ini.
“Saya ada perjalanan dari 5 kota yakni Jakarta, Makassar, Surabaya, Ambon, Papua. Terakhir pulang dari Papua, transit di Makassar 4 jam sampai Bali tanggal 13 malam hari saya mulai batuk. Saat di Jakarta saya tanggal 9 Maret meeting sampai malam, besoknya saat perjalanan menuju Papua, di Bandara saya merasa imun saya melemah,” ujarnya.
Tanggal 15 Maret 2020 hingga tanggal 19 Maret ia bertolak ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisinya, saat itu ia sempat demam 37,8 derajat celcius, ada 5 rumah sakit rujukan pemerintah yang enggan melakukan pemeriksaan lanjutan karena dianggap terlalu dini menyatakan covid-19 dan beralasan ruangan penuh.
Sejak saat itu, ia juga sudah mengisolasi diri di rumah di kamar lantai 2, sedangkan istri dan anak-anak di lantai 1.