Corona di Bali

Sembuh dari Covid-19, MEP Bagikan Kisahnya ketika Dirawat di Ruang Isolasi,Kuncinya Positif Thinking

MEP, pasien covid-19 yang sudah sembuh ini justru mengaku ia bisa melakukan kegiatan lari-lari kecil di ruang isolasi

Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Wema Satya Dinata
Pixabay
Ilustrasi Sembuh dari Covid-19 

Mulanya hanya batuk ringan yang ia rasakan, batuk kering, bukan batuk berdahak, tidak disertai demam, pusing dan gejala Covid-19 lainnya.

“Hanya batuk kering saja, gatalnya di dada, bukan di tenggorokan, memang kadang kenceng tapi nggak sering tidak terus menerus,” ungkap dia saat awal pertama merasakan virus itu.

“Dari awal saya sakit sudah ada jarak meskipun belum ada kejelasan penyakit ini, saya tidak dilayani untuk pemeriksaan lanjutkan karena dianggap sehat, mungkin karena ruangan terbatas, yang datang dilayani sudah parah atau kritis, kalau batuk ringan badan sehat dianjurkan isolasi di rumah. Saya bersyukurnya bisa opname tanggal 20 Maret 2020 di salah satu RS swasta yang bukan rujukan pemerintah, situasi memburuk dengan cepat, saya mendadak drop tanggal 22 Maret itu,” terangnya.

Tanggal 22 dan 23 Maret itu dilakukan pemeriksaan lanjutan sampel darah dikirimkan oleh pihak rumah sakit untuk diuji di lab dan tanggal 27 Maret dia divonis mengidap Covid-19.

Saat itu dirinya bergegas menghubungi kepala wilayah tempat tinggalnya unntuk melakukan penyemprotan disinfektan serta rekan-rekan yang kontak langsung untuk meminta teman-temannya sekitar 30 orang melakukan cek kesehatan.

Setelah dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan gejala pada teman-temannya yang kontak dengan dia.

“Kemungkinan tidak tertular dari mereka, kemungkinan bisa saat di Jakarta, kan di sana episentrumnya, sempat ke jakarta, saat itu imun saya turun kurang tidur banyak rapat makan sedapatnya,” bebernya.

Setelah pulang dari RS, MEP kini mejalani isolasi di mess perusahaannya, bersama istri dan anak-anaknya. Meski sudah dinyatakan sembuh, di dalam mess tiga kamar tidur itu mereka menerapkan proteksi maksimal, seperti memakai masker setiap saat, menyediakan hand sanitizer juga yang utama rajin-rajin mencuci tangan.

Selama terbaring sakit. Doa dari sang istri terus megiringi, dari rumah terus mendaratkan doa Bapa Kami dan Salam Maria.

“Saya terus berdoa Bapa Kami  dan Salam Maria hingga dititik terendah suami tidak bertahan gimana sama anak anak masih kecil-kecil, saya awalnya merahasiakan ini dari keluarga besar karena sudah sepuh takutnya bikin down orang tua. Sebisa mungkin saya jalani ini dengan tabah, gimana caranya tidak membebani keluarga,” tutur sang istri.

Sepanjang sejarah hidupnya, hingga di usia 35 tahun ini, MEP mengaku tak pernah menderita sakit keras hingga dirawat opname di rumah sakit. Baru saat kasus virus corona ini dirinya mendapat penyakit yang membuat dirinya menjadi satu dari bagian sejarah Republik Indonesia.

“Selama ini saya tidak pernah sakit sampai opname, demam berdarah, tipes dan lainnya tidak pernah saya sakit keras, kalau sakit paling batuk, pilek, sedikit demam udah gitu aja, baru kali ini saya dirawat di rumah sakit dan menjadi bagiab dari sejarah RI,” ungkap MEP disambut tawa istri yang mendampingi di sampingnya.

MEP dan keluarga bersyukur dalam kasus ini lingkungan sekitar tempat tinggalnya beberapa tahun di Bali ini yakni di Gelogor Carik, Desa Pakraman Pemogan, Denpasar Selatan Kota Denpasar ini.

“Lingkungan tempat tingggal, banjar, ketua wilayah sangat mensupport dan kooperatif, kami didukung oleh lingkungan, kami sangat berterimakasih sekali, bahkan saat seperti ini anjing saya di rumah dikasih makan warga setempat,” ucap dia

Jajaran direksi di tempat perusahaannya bekerja dan rekan-rekan sejawat saling menguatkan dan mempedulikan kondisinya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved