Mengapa Bisa Muncul Gejala Batuk Darah Pada Orang yang Positif Covid-19 ? Ini Penjelasannya

Menurut penelitian terbaru dan beberapa kesaksian pasien, sebagian kecil kasus Covid-19 juga meliputi batuk darah.

Gambar oleh Anastasia Gepp dari Pixabay
Foto ilustrasi seorang wanita mengalami batuk 

Darah dapat terlihat merah terang atau berwarna karat, dan hanya muncul sebagai goresan di lendir.

Hemoptisis dapat terjadi karena berbagai penyakit, menurut Gregory Cosgrove, MD, PFF, kepala petugas medis di Pulmonary Fibrosis Foundation.

Namun, hal itu tidak selalu menunjukkan penyakit serius.

"Jumlah atau tingkat darah dikeluarkan dan adanya gejala seperti sesak napas, oksigenasi rendah (hipoksia), atau bahkan perubahan tekanan darah (hipotensi), semua faktor itu menandakan batuk darah serius," kata Cosgrove.

Menurut MedlinePlus, sejumlah kondisi, penyakit, dan bahkan tes medis serta obat-obatan dapat membuat seseorang batuk darah.

Beberapa di antaranya adalah bronkitis, kanker paru-paru, radang paru-paru, iritasi tenggorokan akibat batuk hebat, TBC, bronkoskopi, atau bahkan obat pengencer darah.

"Hemoptisis secara umum bukan gejala yang bisa kita abaikan, namun biasanya, pasien batuk dengan bintik-bintik darah yang bercampur dahak," kata Dr. Cosgrove.

Pada kondisi tersebut, dokter akan memberi tahu kita untuk menangani gejala dengan penggunaan obat batuk demi membantu meredakan kondisi batuk, dan melacak berapa lama kita batuk darah dan jumlah darah yang tercampur lendir.

Namun, dalam beberapa kasus, batuk darah adalah kondisi darurat.

Jika kita batuk lebih dari beberapa sendok teh darah, dan disertai nyeri dada, pusing, demam, sakit kepala ringan, napas pendek, serta darah dalam air seni atau tinja, penting bagi kita mencari pertolongan medis.

"Jika ada yang batuk darah dan mengalami perubahan akut dan progresif pada gejala, mereka harus mencari perawatan medis terlepas dari jumlah darah yang keluar saat batuk," kata Dr. Cosgrove.

Batuk darah pada beberapa pasien Covid-19 Perlu dicatat, hemoptisis hanya dilaporkan pada sejumlah kecil pasien Covid-19 dan bukan gejala utama.

"Biasanya infeksi Covid-19 menyebabkan batuk, produksi dahak, dan sesak napas," kata Charles S. Dela Cruz, MD, PhD, ahli paru Yale Medicine dan profesor kedokteran dan patogenesis mikroba seperti dilansir dari Health.

"Hemoptisis, yang merupakan batuk darah, jauh lebih jarang terjadi pada kasus Covid-19. Batuk darah bisa jadi gejala sekunder atau komplikasi gejala yang paling sering disebabkan oleh Covid-19. Dr. Cosgrove menjelaskan, tingkat keparahan kerusakan paru-paru akibat pneumonia kemungkinan menjadi alasan utama mengapa beberapa pasien batuk darah.

Dr. Dela Cruz juga memberikan tanggapan senada.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved