Corona di Bali
Data Pasien Positif Covid-19 di Bali Jadi Sorotan, Dewa Indra: Angka Ini Bisa Dipertanggungjawabkan
Pasien positif Covid-19 di Bali menjadi sorotan media asing yang jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pasien positif di Pulau Jawa.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pasien positif Covid-19 di Bali menjadi sorotan media asing yang jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pasien positif di Pulau Jawa.
Padahal di Bali, terdapat banyak kunjungan Warga Negara Tiongkok terlebih pada bulan Januari yang masih terdapat turis Tiongkok di Bali.
Mengenai hal tersebut, Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bali, Dewa Made Indra, mengatakan apakah pihaknya dapat menulis angka yang faktanya tidak ada di lapangan.
"Apakah saya boleh menulis angka yang faktanya tidak ada di lapangan? Misalkan maunya dia berapa 1.000, lalu kita tulis 1.000 juga begitu? Supaya sama dengan di Jawa."
• Pandemi Corona, Eks Striker Bali United Yandi Sofyan Kini Jualan Minuman di Bandung
• DPRD Provinsi Bali Lakukan Sidak di Pelabuhan Gilimanuk, Temukan Banyak Kelemahan Pengawasan
• Pemprov Bali Tanggapi Adanya Penolakan Karantina PMI dari Masyarakat
"Kan tidak begitu logikanya, logikanya adalah berapa kasus yang sebenarnya kita tangani, dan ini sudah ada datanya. Jika orang mengatakan itu kecil, saya ingin bertanya apakah saya harus memberikan angka sesuai dengan keinginan orang," ujar Dewa Indra, pada konferensi pers, Kamis (16/4/2020).
Lalu bagaimana dengan pertanggungjawabannya.
Jadi jangan mengikuti pemikiran-pemikiran seperti itu.
• Cegah Covid 19, Pemkot Denpasar Kembali Lakukan Penyemprotan Massal di Kelurahan Penatih
• Dokter Konsultan Miracle Aesthetic Clinic Bagikan Tips Atasi Kulit Tangan Kering karena Cuci Tangan
Angka ini tentu saja bisa dipertanggungjawabkan karena terdapat nama pasien, dan nama rumah sakit tempatnya dirawat.
"Tapi kalau lebih dari ini saya tidak tahu darimana dapatnya boleh saja orang berpikir seperti itu, namun jangan diikuti itu namanya mengacaukan pikiran masyarakat," tambahnya. (*)