Corona di Bali

Warga Gatsu 1/18 Akui Psikisnya Tertekan, Logistik Lambat

Hajah Rohma (48) menyampaikan uneg-unegnya saat Lurah Tonja, Ade Indahsari Putri mendatangi gang isolasi mandiri tempat tinggalnya

Tribun Bali/Adrian Amurwonegoro
Warga saat menyampaikan aspirasi kepada Lurah Tonja di Gatsu 1/18, Tegeh Sari, Tonja, Denpasar Utara, Bali, Minggu (3/5/2020). 

Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hajah Rohma (48) menyampaikan uneg-unegnya saat Lurah Tonja, Ade Indahsari Putri mendatangi gang isolasi mandiri tempat tinggalnya di Gatsu 1/18, Tegeh Sari, Tonja, Denpasar Utara, Bali, Minggu (3/5/2020).

Kesempatan ini ia sampaikan untuk mengkomunikasikan segala keluh kesah yang ia rasakan tinggal di sebuah zona merah, terdapat adanya pasien korban Covid-19, sedangkan di lain sisi ia merasa tidak ada upaya perhatian penuh dari perangkat setempat kepada warganya.

Hajah Rohma mengaku kondisi psikisnya sangat drop.

"Mulai dari dengar kabar almarhum meninggal karena positif Covid-19, saya tertekan, cemas, takut, psikologi psikis saya tidak baik, tidak bisa tidur, anak saya juga nangis terus, beban," kata Rohma

10 Titik Kelurahan Pedungan Denpasar Dijaga, Satu Titik Penjagaan Terjaring 50 Orang Tanpa Masker

Satu Titik Penjagaan Terjaring 50 Orang Tanpa Masker, 10 Titik Kelurahan Pedungan Denpasar Dijaga  

Lurah dan Bendesa Buka Isolir Warga di Gatsu 1/18, Pihak Luar Selain Warga Tidak Boleh Masuk

Tak hanya sampai di situ keluhannya, pada Rabu (29/4/2020) lalu ia menjalani rapid test yang hasilnya non reaktif.

Kemudian Rohma disarankan menjalani karantina mandiri selama 14 hari sejak hasil rapid testnya keluar, ia juga diminta untuk lapor ke penanggung jawab lingkungan, dan jika ada gejala medis demam, batuk, sesak napas agar segera ke puskesmas/RS terdekat.

Rohma mengaku sudah melapor apabila ia mengalami gejala berupa batuk, namun tidak diberikan obat oleh pihak faskes.

"Saya sakit batuk apa dikasih obat, saya minta obat, jawabannya, obat tidak perlu karena ibu batuk ringan," ungkap Rohma

Pun masalah sembako, sejak karantina mandiri pada 29 April lalu, bantuan sembako dari pihak kelurahan baru ia terima hari ini, tidak didistribusikan dengan cepat.

Warga meminta kepada Lurah agar cepat merespons kebutuhan dari warga, sebab warga yang sudah menjalani rapid test dan sekarang menjalani isolasi mandiri mengeluh koordinasi logistik, tidak fast respons.

"Masalah sembako juga, saya diminta telepon ke lurah, kok warga yang disuruh aktif ini itu. Sebelumnya tidak ada sosialisasi apa-apa pengarahan apa tau-tau disuruh ada rapid test," bebernya.

Ketua Satgas Banjar Berdaya Covid-19 Tegeh Sari, Gede Mantrayasa mengaku mendapat masukan dari warga setempat apabila penanganan berjalan lambat.

Gede lantas menjelaskan, apabila baru mengetahui terdapat korban positif Covid-19 di lokasi tersebut setelah Satgas dibentuk.

"Satgas saya baru terbentuk, sebelumnya tidak ada info, kan awal bilangnya meninggal dunia karena diabetes. Setelah Satgas dibentuk saya minta transparansi ternyata di wilayah ini, saya kaget juga, lalu kita tempuh upaya isolasi mandiri ini," katanya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved