Kelompok Wanita Tani di Dusun Tangkedan Kembangkan Tanaman Organik Di Masa Pandemi

Dengan lahan seluas sekitar 2 are, ia dan puluhan ibu-ibu rumah tangga di Dusun Tangkedan, mengembangkan berbagai varietas sayur

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali /Eka Mita Suputra
Budidaya tanaman organik di kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Kelompok Wanita Tani (KWT) Karya Amerta Sari di Dusun Takedan, Desa Selat, Klungkung, Bali, Selasa (19/5/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA -  Hari beranjak siang, ketika Wayan Apriani (30) menuju Rumah Pangan Lestari (KRPL) Kelompok Wanita Tani (KWT) Karya Amerta Sari di Dusun Takedan, Desa Selat, Klungkung, Selasa (19/5/2020).

Dengan lahan seluas sekitar 2 are, ia dan puluhan ibu-ibu rumah tangga di Dusun Tangkedan, mengembangkan berbagai varietas sayur dan buah secara organik.

" Ada sekitar 40 ibu-ibu di Dusun Tangkedan yang ikut kelompok wanita tani dan mengembangkan tumbuhan organik. Biasanya sore hari setelah menyelesaikan berbagai urusan di rumah, kami ke sini untuk berkebun," ungkap Apriani yang tampak sibuk memeriksa berbagai tumbuhan sayur yang ia budi dayakan.

Udara yang cukup sejuk di Dusun Tangkedan, mambuat berbagai tanaman yang dikembangkan tumbuh dengan cukup baik.

Demplot itu mereka bangun tahun 2019 lalu, setelah mereka mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat untuk pembibitan dan pengembangan tanaman organik.

Ketika itu, Apriani juga berkesempatan memanen berbagai sayur dan buah seperti terong, pare, cabai dan mentimun.

Ditengah masa pandemi COVID-19 seperti saat ini, berkembun memang menjadi pilihan masyarakat.

Apa yang dikembangkan oleh ibu-ibu di Dusun Tangkedan ini, juga meringankan pengeluaran rumah tangga mereka disaat pandemi seperti saat ini.

Bahkan semenjak menanam tanaman organik, Apriani dan anggota kelompok wanita tani di Dusun Tangkedan lainnya tidak resah lagi jika harga cabai tiba-tiba melonjak di pasaran.

"Di sini sebenarnya untuk pembibitan, namun kami juga menanam ini di halaman rumah masing-masing. Keunggulannya disini semua organik, jani pasti dijamin sehat. Kami juga tidak resah jika harga cabai di pasar tiba-tiba naik, soalnya sudah menamam cabai dan sayur lainnya yang cukup untuk sekedar memenuhi kebutuhan di dapur," ungkapnya.

Ketua Kelompok Tani (KWT) Karya Amerta Sari di Dusun Takedan Sagung Putra Anggraini menjelaskan, pengembangan tanaman organik itu baru dilakukannya setahun terakhir.

Awalnya kelompoknya diikuti oleh 30 orang wanita, yang terdiri dari ibu-ibu buruh tani di Dusun Tangkedan.

Pada tahun 2019 setelah mengirim proposal, mereka akhirnya mendapatkan bantuan hingga Rp50 juta dari pemerintah pusat untuk pembibitan dan penumbuhan varietas.

"Lalu tahun 2020 ini, kami dapat lagi bantuan pengembangan dari pemerintah pusat Rp15 juta. Saat ini jumlah ibu-ibu yang ikut dalam kelompok tani kami sampai 40 orang," jelasnya.

Berbagai varietas mereka kembangkan, mulai dari seledri, tomat, terong, timun, hingga tanaman buah seperti jambu dan belimbing.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved