Begini Makna Ketupat yang Menjadi Salah Satu Fenomena Kebudayaan Indonesia
Menurut buku Myth and Meaning (1978), kode-kode kebudayaan memang dapat dijelaskan melalui makanan tertentu yang dipilih oleh seubah suku.
De Graaf juga menduga-duga alasan mengapa bungkus ketupat yang asli menggunakan janur.
• AS Pasang Bendera Setengah Tiang, Pasien Covid-19 yang Meninggal Dekati 100.000 Orang
• Ini 5 Zodiak yang Hanya Berpura-pura Peduli dengan Orang Lain, Apa Zodiakmu Diantaranya ?
• Disarankan Daging Sapi daripada Daging Merah Lain, Makanan Ini Harus Dihindari Penderita Asam Urat
Ia menyebut bahwa alasan pemilihan ini berkaitan dengan identitas budaya kepesisiran.
Sebab, pohon kelapa dikenal banyak tumbuh di daratan rendah.
Selain itu, warna kuning memberikan arti khas untuk membedakan dari warna hijau dari Timur Tengah dan merah dari Asia Timur.
Budaya yang tak tergantikan
Selain makanan seperti ketupat, budaya saling mengunjungi juga menjadi salah satu budaya yang tidak bisa lepas dari tradisi hari raya Idul Fitri.
Kebiasaan ini juga dapat dijelaskan melalui etimologi kata ketupat, yakni dalam bahasa Jawa disebut kupat.
Pada frase kupat berarti ngaku lepat atau mengaku bersalah.
Makna ini menuntut kita untuk menghilangkan rasa benci dan saling memaafkan.
Meskipun sederhana, ketupat membimbing manusia untuk berdamai dan memahami hakikat manusia itu sendiri.
Meskipun zaman telah berkembang dan banyak tradisi lebaran yang dapat dilakukan melalui media sosial, budaya ketupat tetap tidak tergantikan.
Budaya ketupat membuat orang-orang hadir, bertatap muka, dan saling bercerita sembari menyantapnya.
Saat itu, kita disadarkan, betapa kehidupan sehari-hari telah membuat kita jauh dari keluarga, kerabat, dan sahabat.(*)
