Sosok George Floyd, 'Pria Besar' Bertinggi 2 Meter Yang Kematiannya Picu Kerusuhan di Amerika

Insiden pembunuhan ini lalu memantik demonstrasi besar-besaran di Amerika Serikat (AS) dengan mengangkat isu rasialisme.

Editor: Eviera Paramita Sandi
REUTERS/DUSTIN CHAMBERS via Kompas.com
Sebuah mobil Polisi di Atlanta dibakar massa ketika demonstran memprotes kematian pria Afrika-Amerika George Floyd, dekat CNN Center di Atlanta, Georgia, AS, 29 Mei 2020. 

TRIBUN-BALI.COM, MINNEAPOLIS George Floyd sehari-hari di lingkungannya dikenal sebagai pria besar ala "raksasa" yang penyayang dan baik hati.

Hal tersebut diakui tidak hanya oleh keluarganya sendiri, tapi juga orang-orang di sekitarnya.

Pria kulit hitam itu meninggalkan Houston untuk memulai kehidupan baru di Minneapolis, tapi ternyata di situ pula ia menemui ajalnya secara tragis.

George Floyd tewas usai lehernya ditindih lutut polisi, ketika ia tiarap dan sedang diamankan.

Rusuh di New York, Demo Kematian George Floyd Berujung Perusakan, 15 Mobil Polisi Dibakar

Kerusuhan Pecah Setelah Kematian George Floyd, Kantor CNN Dirusak, Mobil Polisi Dibakar

Lelaki setinggi 2 meter itu ditangkap dengan tuduhan memakai uang palsu untuk bertransaksi di toko kelontong.

"Semua orang mencintai saudaraku," kata Philonese Floyd pada Selasa (26/5/2020), sehari setelah kematian George Floyd.

Insiden pembunuhan ini lalu memantik demonstrasi besar-besaran di Amerika Serikat (AS) dengan mengangkat isu rasialisme.

"Dia berbadan besar dan baik hati," lanjut Philonese saat diwawancarai CNN.

"Dia tidak menyakiti siapa pun."

George Floyd (46) pindah dari utara lalu mendapat pekerjaan sebagai sopir truk.

Kemudian baru-baru ini dia bekerja sebagai petugas keamanan di restoran Conga Latin Bistro, sebelum bisnis itu sepi karena aturan Minnesota agar warga tetap di rumah.

"Dia selalu membuat kami aman," ujar Luz Maria Gonzalez, pengunjung yang sering makan di restoran, mengatakannya kepada National Public Radio yang dikutip AFP.

"Di tengah malam dia akan berkata, 'Hei, Luz, aku akan menunggumu sampai masuk taksi'."

Orang lain yang akrab dengan Floyd menggambarkannya berani mengambil risiko untuk memperbaiki hidupnya.

"Saya ingat dia berkata ingin membantu dunia. Dia ingin memiliki dampak di seluruh dunia," kata Jonathan Veal temannya sejak kelas 6, saat diwawancarai KPRC Houston.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved