Corona di Bali
Stok di PMI Menipis, FSP PAR-SPSI Bali Gelar Donor Darah di Masa Pandemi Covid-19
Pengurus Daerah (PD) Federasi Serikat Pekerja Pariwisata-Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP PAR-SPSI) Provinsi Bali menggelar kegiatan donor darah
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Selain itu, proses dari awal sampai pengambilan darah menerapkan aturan menjaga jarak (physical distancing).
“Kami melihat kondisi UTD Provinsi Bali saat ini keterbatasan stok darah. Kami tawarkan untuk membuat kembali acara donor darah, dengan peserta donor yang berbeda dari bulan lalu. Akhirnya hari ini kami gelar kembali, dengan peserta yang dibatasi," jelasnya.
"Jadi setiap satu jam itu dibatasi cuma 24 orang. Peserta yang mendaftar sudah 94 orang,” ungkap Satyawira.
Penuhi Hanya 46 Persen
Kepala UTD PMI Provinsi Bali, Anak Agung Sagung Mas Dwipayani menyampaikan rasa terima kasihnya kepada FSP PAR-SPSI Provinsi Bali.
Terlebih, di tengah pandemi Covid-19 ini tidak banyak organisasi ataupun kelompok donor lainnya yang bisa melakukan kegiatan donor darah.
Oleh karena itu, pihaknya merasa sangat terbantu dengan adanya donor darah dari FSP PAR-SPSI Provinsi Bali.
“Kondisi stok darah kami saat tipis, terutama dolongan darah B dan O, bahkan tidak mampu memenuhi kebutuhan hingga 2 hari ke depan. Dengan adanya kegiatan donor darah hari ini kami merasa sangat terbantu,” ungkapnya.
• Akibat Hujan Deras Hingga Timbulkan Longsor, Bongkahan Batu Besar Hantam Rumah Ketut Suda
• Baru Dua Minggu Tinggal di Denpasar, Made Agus Kaget Rumah & Mobilnya Tertimpa Longsor
• Promo Indomaret Senin 1 Juni 2020, Minyak Goreng Bimoli 2L hanya Rp 23.900
Sagung Mas mengatakan, di masa pandemi Covid-19 yang menyebabkan masyarakat membatasi kegiatan di luar rumah, UTD PMI Provinsi Bali hanya mampu memenuhi kebutuhan 46 persen dari total kebutuhan darah per hari.
Padahal biasanya kebutuhan darah bisa sampai 120 kantong per hari.
Pada situasi normal, kegiatan donor darah biasa dilakukan secara rutin di hotel, mall, institusi, swasta, bank, sekolah, perguruan tinggi, tempat ibadah ataupun banjar dan sebagainya.
Namun kondisi ini mengakibatkan pendonor darah sukarela yang rutin melaksanakan donor menjadi menurun, dari semula 99 persen menjadi 74,4 persen.
Padahal, permintaan dari rumah sakit, bank darah rumah sakit ataupun dari UTD PMI kabupaten/kota mengalami peningkatan yang signifikan.
Sedangkan jika mengandalkan donor darah pengganti yakni berasal dari keluarga pasien, seringkali terkendala bebarapa hal, seperti tenanan darah, hemoglobin dan sedang mengonsumsi obat-obatan sehingga belum tentu donor darah pengganti juga lolos untuk mendonor.
“Karena kondisi begini, sekolah, kampus, mall, hotel, dan lain-lain masih belum dibuka, kami kesulitan mencari pendonor. Kami harus jemput bola, berapapun dapatnya," kata dia.
"Kalau saat situasi normal kayak dulu, kita biasanya jadwalkan kegiatan donor darahnya. Karena kalau kelebihan darah juga tidak baik, karena darah ada umurnya. Kalau melewati waktu tertentu, harus dimusnahkan,” tandasnya. (*)