Corona di Bali

Pedagang Bermobil Bersyukur Diberi Ruang Oleh Pemkot Denpasar, Jika Pindah Muncul Pertanyaan Ini

Pedagang bermobil menjamur di sejumlah titik di Kota Denpasar, Bali, sebagai alternatif pemasukan akibat pandemi Covid-19

Tribun Bali/Adrian Amurwonegoro
Rian Jaya Wiguna saat berjualan telur menggunakan mobilnya di masa pandemi Covid-19, sebelumnya ia berdagang baju Bali di hotel dan tempat pariwisata di Bali. 

Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pedagang bermobil menjamur di sejumlah titik Kota Denpasar, Bali, sebagai alternatif pemasukan akibat pandemi Covid-19 yang memaksa mereka berhenti sementara dari pekerjaan utama hingga waktu yang tak terprediksi.

Akhirnya mereka beralih banting setir dengan usaha lain agar kebutuhan harian dapat terpenuhi, salah satu alternatif yang dipilih berdagang dengan menggunakan mobil di pinggir-pinggir jalan raya.

Dagangan yang mereka jual mulai dari aneka macam sembako kebutuhan pokok hingga buah-buahan.

Hal ini dilakukan demi mencukupi kebutuhan keluarga di tengah pandemi ini.

Prakiraan Cuaca BMKG Hari Ini 13 Juni 2020, Denpasar, Mengwi dan Tabanan Diperkirakan Hujan Ringan

Nafsu Belanja Tidak Terkendali? Simak Tips Mengurangi Belanja Online Saat New Normal 

Pisahkan Kaldu, Resep Membuat Daging Masak Kecap agar Bumbu Meresap Sempurna

Meski sudah menjalankan usaha berdagang namun para pedagang bermobil ini terkadang khawatir jika sewaktu-waktu harus ditertibkan oleh petugas apalagi di masa Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM), meski disadari mereka melakukan upaya ini juga karena dituntut oleh keadaan himpitan ekonomi.

Akhirnya, Pemkot Denpasar memberikan ruang bagi mereka yang diterpa kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19 ini dengan kebijaksanaan untuk tidak menertibkan mereka, akan tetapi juga mereka ditawarkan opsi bagi pedagang bermobil dengan disediakan lapak di pasar rakyat di Kota Denpasar agar ketertiban umum tetap terjaga.

Upaya pemberian ruang ini disambut baik oleh para pedagang bermobil.

Mereka pun mengaku bersedia jika harus pindah ke pasar, akan tetapi mereka memiliki sejumlah pertanyaan yang masih membuat mereka bingung.

"Kemarin saya sudah didata jam 11 siang didatangi oleh petugas, disarankan untuk pindah ke Pasar Sanglah, saya diminta menghubungi pihak pengelola pasar, nah yang menjadi pertanyaan saya ini nanti bayar ngontrak apa bagaimana ini, kalau harus bayar jelas keberatan, untuk sehari-hari saja susah apalagi bayar," kata Rian Jaya Wiguna, pedagang telur ayam bermobil di Jalan Cok Agung Tresna, Denpasar kepada Tribun Bali, Sabtu (13/6/2020).

"Lalu yang ke dua, apakah kita aman kalau berjualan di pasar, sedangkan pasar sebagai pusat kerumunan sedang rentan penularan Covid-19, itu yang jadi pertimbangan saya," imbuh dia.

Jika disuruh memilih, Pria yang sebelum pandemi berprofesi sebagai pedagang baju Bali di hotel dan tempat pariwisata itu mengaku masih memilih dan memprioritaskan opsi untuk berjualan di pinggir jalan.

Meskipun sebelum keluar kebijaksanaan ini pihaknya harus nekat beradu argumen dengan petugas yang hendak menertibkannya beberapa waktu lalu.

"Kalau di pinggir jalan kan paling yang beli 1-2 orang kemudian langsung jalan, tidak sampai menumpuk dan berkerumun, lebih aman di sini, toh ini kan juga sementara di masa pandemi ini," kata dia.

Komentar lain datang dari Romi Dori, pedagang buah bermobil, Romi berterima kasih kepada Pemkot yang memberikan ruang bagi sektor-sektor yang terdampak seperti dirinya, sehingga ia dan istri masing-masing harus berjualan bermobil di lokasi berbeda.

Jika Romi menyasar pengguna jalan atau pembeli di Jalan Cok Agung Tresna, maka sang istri berjualan di Jalan Raya Sesetan, Kota Denpasar.

Mendengar kabar ini Romi mengaku senang, akhirnya Pemkot mendengar dan mau mengerti keluh kesah sektor yang terdampak, seperti dialaminya sebagai Pemilik Pasar Malam Gading Jaya, sejumlah jadwal yang sudah diatur dalam kurun satu tahun ini terpaksa dicancel.

Meski bersedia pindah ke pasar, namun masih ada pertimbangan di benak Romi, apakah pasar atau lapak yang disediakan diberikan gratis atau sewa dan kedua apakah lapak di pasar itu representative.

"Saya pada dasarnya mau pindah ke pasar, tapi saya belum tahu, di pasar mana harus pindah, lalu apakah pasar itu representative untuk jualan, artinya ramai pengunjung yang berpotensi menambah penghasilan atau justru malah semakin sepi," ungkap dia.

Jika diberikan opsi, Romo tetap memilih untuk berjualan di pinggir jalan dengan mobilnya sementara waktu ini hingga pandemi usai.

"Kalau saya meski bersedia di pasar tapi tetap memprioritaskan untuk tetap bisa jualan di pinggir jalan, sekarang kita berpikirnya untuk kecukupan sehari-hari ini, harus dipikirkan setiap hari, harus berusaha ada pemasukan setiap hari," bebernya.

Sebelumnya diberitakan, Untuk mendukung terciptanya ketertiban Dinas Perhubungan dan Bagian Perekonomian dan SDA Setda Kota Denpasar melaksanakan pendataan seluruh pedagang bermobil di pinggir jalan.

Kabag Perekonomian dan SDA Setda Kota Denpasar, I Made Saryawan mengatakan, pihaknya tidak melarang orang untuk mencari rejeki, terlebih di masa pandemi Covid-19.

Namun demikian, pelaksanaanya diharapkan tidak mengabaikan aturan yang ada.

Hal ini mengacu Perda 1 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum dan Perwali Nomor 32 Tahun 2020 tentang Pembatasan Kegiatan Masyarakat.

"Kami memberikan ruang dan solusi mengatasi krisis di masa pandemi Covid-19, namun jangan sampai kita berusaha justru melanggar aturan yang ada," kata Saryawan.

Pihaknya memahami kondisi perekonomian masyarakat yang mengalami goncangan, sehingga dibijaksanai untuk tidak ditertibkan, melainkan ditawarkan pilihan beberapa opsi jalan tengah.

Salah satunya adalah mengarahkan pedagang bermobil pinggir jalan untuk membuka daganganya di pasar rakyat yang tersebar di seluruh wilayah Kota Denpasar, Bali.

Menurut Saryawan, berdasarkan data Perumda Pasar Sewakadarma Kota Denpasar bahwa jika diakumulasi terdapat sedikitnya 350 lapak yang tersebar di beberapa pasar rakyat Kota Denpasar yang bisa dimanfaatkan oleh pedagang bermobil pinggir jalan.

"Jadi saat pendataan sekaligus kami sosialisasikan dan berikan kontak untuk berkordinasi agar para pedagang dapat berjualan dengan aman di Pasar Rakyat dan akan difasilitasi oleh Perumda Pasar Sewakadarma Kota Denpasar, dan kami harapkan bisa berjualan sesuai harapan kita bersama," katanya. (*).

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved