Ada Relaksasi PSBB dan Stimulus, BI Perkirakan Ekonomi Mulai Menguat pada Triwulan III-2020
Ekonomi diperkirakan akan mulai menguat pada triwulan III-2020, sejalan dengan relaksasi PSBB sejak pertengahan Juni 2020 serta stimulus kebijakan
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pandemi Covid-19, yang melanda Indonesia selama beberapa bulan terakhir ini membawa dampak bagi seluruh sektor perekonomian di Indonesia. Termasuk Pulau Dewata hingga minus 1,14 persen pada triwulan I-2020.
"Pertumbuhan ekonomi nasional, diperkirakan menurun pada triwulan II-2020. Ekspor juga menurun sejalan dengan kontraksi perekonomian global, sementara itu konsumsi rumah tangga dan investasi menurun sejalan dampak kebijakan PSBB yang mengurangi aktivitas ekonomi," jelas Trisno Nugroho, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Rabu (24/6/2020).
Ekonomi diperkirakan akan mulai menguat pada triwulan III-2020, sejalan dengan relaksasi PSBB sejak pertengahan Juni 2020 serta stimulus kebijakan yang ditempuh.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan menurun pada kisaran 0,9 persen - 1,9 persen pada 2020 dan kembali meningkat pada kisaran 5 - 6 persen pada 2021.
• Daftar Harga HP Oppo per Juni 2020: Seri A91 Hanya Rp 3,6 Jutaan, Ini Spesifikasi dan Kelebihannya
• PKK Banyuwangi Siap Kawal Penerapan New Normal di Tingkat Keluarga
• Eks Pelabuhan Buleleng Diusulkan Jadi Pasar Sementara Selama Pandemi Covid-19
"Dengan pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi Bali pada Triwulan I-2020 menjalani kontraksi menjadi minus 1,14 persen (yoy), seiring tertahannya kunjungan wisatawan ke Bali," ujar pria yang akrab disapa Trisno ini.
Dari sisi pengeluaran, hampir semua komponen mengalami kontraksi, kecuali konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh positif.
Demikian juga dari sisi lapangan usaha. Hampir seluruh lapangan usaha utama Bali mengalami kontraksi kecuali pertanian dan konstruksi.
Pada Mei 2020, Bali tercatat mengalami deflasi sebesar 0,11 persen (mtm), sedikit lebih rendah dibandingkan deflasi bulan sebelumnya (-0,33 persen) dan berbeda arah dengan inflasi nasional yang sebesar 0,07 persen (mtm).
Komoditas penyumbang inflasi utama antara lain angkutan udara, daging ayam ras, bawang merah, cumi-cumi dan kangkung.
"UMKM sebagai salah satu roda penggerak perekonomian Indonesia, juga tidak luput dari dampak pandemi Covid-19. Demikian juga dengan UMKM Binaan KPwBI Provinsi Bali. Hampir seluruh UMKM Binaan KPwBI terdampak Covid-19," jelasnya.
Dampak yang dirasakan lebih kuat adalah yang bergerak di sektor kerajinan/industri kreatif/pariwisata.
Meskipun telah melakukan shifting produksi menjadi masker bagi UMKM garmen/fashion, serta meluncurkan inovasi produk-produk baru, namun sejumlah UMKM merasakan jatuhnya penghasilan dari ketergantungan terhadap sektor pariwisata.
Selain itu juga terjadi kesulitan pemenuhan kebutuhan dasar, terutama pangan, bagi masyarakat ekonomi ke bawah.
Kesulitan tersebut berpotensi mengakibatkan lemahnya imunitas masyarakat, sehingga upaya pencegahan Covid-19 tidak dapat dilakukan secara optimal.
• Update Covid-19 di Bali 24 Juni 2020: Kasus Positif Bertambah 42 Orang, Sembuh 7 Orang
• Rencana Badung Miliki Klub Sepak Bola Profesional, Wabup Suiasa: Gede Widiade Masih On The Track
• Sekda Adi Arnawa Buka Webinar Nasional, Hadirkan Narasumber Menpan RB Tjahjo Kumolo dan Sekda Bali