Corona di Bali
Jangan Terlena Angka, Pengamat Sosial Ingatkan Masyarakat Tidak Remeh dan Abai terhadap Covid-19
Pengamat sosial asal Bali, I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa meminta masyarakat agar tidak terlena dengan angka-angka kesembuhan kasus Covid-19
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Dari sini lah pentingnya menanamkan karakter pada diri seseorang dengan kultur pelopor dan mandiri.
"Mencontoh elit adalah bagian dari kultur masyarakat, ada ajaran yang menyampaikan kelilingilah orang yang berpengaruh pengetahuannya banyak, tapi kemudian kalau memiliki niat jahat bagaimana, harus ada pelopor-pelopor untuk membangkitkan kesadaran, kemandirian, percaya pada diri sendiri," ucapnya.
Di lain sisi, menyikapi kebosanan masyarakat terhadap situasi ini, bagi Suka Arjawa masyarakat harus bisa mengambil nilai positif dari sebuah kondisi kehidupan yang krisis.
"Krisis hidup menimbulkan sesuatu yang positif, masyarakat harus memiliki mental menabung untuk situasi darurat seperti ini. Lalu kenapa harus bosan di rumah saja, padahal banyak hal yang bisa dilakukan," kata dia.
"Masyarakat Bali misalnya, punya basic pertanian, ya kembangkan tanaman produktif di rumah, vertical garden dan lain-lain, lalu bisa juga menulis artikel, olahraga, merekam suara nyanyi di rumah, sehingga betah di rumah dan produktif," imbuh dia.
Suka Arjawa juga menekankan, bahwa saat ini obat yang paling ampuh dari pandemi Covid-19 ialah dari aspek sosiologis.
Masyarakat harus memiliki target sistematis.
"Obat dari covid ini sosiologis, karena belum ada obat darisisi kesehatan, masyarakat yang mengobati diri sendiri, harus mau menderita, menunda kesenangan, masyarakat kita cenderung tidak bertahan dan mengutamakan konsumtif material."
"Analoginya, seseorang memiliki target sistematis, umur sekian bekerja maksimal, umur 50 menikmati masa tua. Tunda kebahagiaan kita setelah itu mari bersenang-senang," pungkasnya. (*)