Beban Puncak Hanya 640 MW, PLN UID Bali Optimistis New Normal Bawa Angin Segar

GM PLN UID Bali, Adi Priyanto, optimistis new normal akan membawa angin segar bagi perekonomian Bali.

Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
GM PLN UID Bali, Adi Priyanto 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Anak Agung Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – GM PLN UID Bali, Adi Priyanto, optimistis new normal akan membawa angin segar bagi perekonomian Bali.

Walaupun saat ini, ia mengamini adanya penurunan beban puncak penggunaan listrik di Bali pasca pandemi Covid-19 masuk Bali.

“Secara sistem di Bali sangat cukup. Kecukupan daya sangat cukup, termasuk dengan kondisi pandemi Covid-19 cadangan yang disiapkan buat Bali sekitar 1.300 MW,” jelasnya di Denpasar, Senin (29/6/2020).

Saat ini, beban puncak itu sekitar 620-640 MW, sehingga masih ada cadangan separo dengan kondisi saat ini.

“Harapan kami pasca Covid-19 ini, hotel bisa kembali meningkatkan okupansi dan berangsur normal penggunaan listriknya. Sehingga new normal nanti, beban listrik bisa kembali ke beban puncak sebelumnya yang sempat menyentuh 980 MW di tahun 2019,” sebutnya.

Meski Pandemi, Banyuwangi Tetap Jadi Benchmark Favorit Program Pengembangan Desa Lewat Smart Kampung

Pastikan Penerapan Protokol Kesehatan, GTPP Covid-19 Cek Pasar Desa Adat Padang Sambian Denpasar

Ingin dapat Layanan Rapid Test Covid-19 Rp 95 ribu, Begini Caranya

Ia sangat berharap kondisi segera pulih, dan PLN bisa menjadi indikator pemulihan ekonomi.

“Kalau pemakaian listrik banyak, berarti kan ekonominya bagus,” katanya.

Kalau pemakaian listrik rendah, tentu ekonomi sedang tidak bagus.

Adi juga mengingatkan PLN selalu siap untuk pasang baru dan tambah daya.

Cadangan PLN juga sangat siap hingga 2030-2040 mendatang, karena untuk cadangannya sangat besar.

“Jadi nanti Jawa Bali Connection (JBC), 2024-2025 lah diharapkan rampung. Sehingga keandalan listrik di Bali bisa lebih baik ke depannya. Bahkan jikalau nanti beban puncak menyentuh 1.400-1.500 MW,” sebutnya.

Denpasar Tambah 11 Kasus Positif Covid-19, Semua Transmisi Lokal

Dewan Klungkung Minta Pemkab Gelar Rapid Test di Setiap Pasar Tradisional

Hiburan Malam Dilarang, Dispar Longgarkan Semua Kawasan Pantai di Badung

Beban puncak, saat ini turun dari tahun 2019 pernah menyentuh 980 MW.

Kini hanya 640-650MW bahkan sempat 620MW saja.

“Turunnya 30 persen untuk beban puncak,” imbuhnya.

Turunnya beban puncak, disebabkan beberapa pelanggan yang semula menggunakan listrik hingga malam kini tidak lagi pakai listrik.

Hal ini karena adanya pembatasan jam malam.

Apalagi pengguna besar, seperti industri perhotelan juga tidak jalan saat ini karena pandemi.

Sehingga menyebabkan beban puncak di malam hari, antara jam 6 sore sampai 10 malam menurun sekitar 30 persen.

Sidang Vonis Kasus Penganiayaan Novel Baswedan Bakal Digelar 16 Juli, Hakim Diharapkan Independen

BREAKING NEWS - Giri Prasta Laporkan Masalah Pembakaran Bendera PDIP di Jakarta

“Beban rumah tangga malah naik, karena diam di rumah kan. Energi di rumah tangga itu cukup naik sekitar 2,7 persen naiknya,” katanya.

Sebab dengan adanya WFH, orang yang semula di kantor kemudian menerapkan 50 persen bekerja di rumah.

Sehingga listrik di rumah, seperti AC, komputer, TV, dan lain sebagainya jalan terus.

Hal inilah penyebab utama kenaikan konsumsi listrik rumah tangga.

Sementara di sisi lain, penggunaan listrik di lini bisnis dan hotel turun sekitar 10 persen. Kantor pemerintah juga ada penurunan.

“Loss pendapatan jelas ada,” tegasnya. Kalau pelayanan PLN, buka terus dan tidak ada yang ditutup. Jadi meskipun WFH, apabila ada gangguan maka PLN siap 24 jam melayani. Termasuk ke pelayanan pasang daya baru dan tambah baru juga dilayani 24 jam.

“Apalagi ke depan ada new PLN Mobile yang juga 24 jam,” imbuhnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved