Bakti Wiyasa Ajak Anak-anak Mengenal Benda-benda Pertanian Lewat Kegiatan Melukis & Pameran

Ia mengajak anak-anak di Desa Pemanis, Penebel, Tabanan untuk melukis alat-alat pertanian tradisional dan hewan di sawah lewat sangar Rare Teba Kangin

Penulis: Putu Supartika | Editor: Wema Satya Dinata
Foto Bakti Wiyasa
Anak-anak di Sanggar Rare Teba Kangin Pemanis melukis dan berpameran 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Walaupun dunia pertanian semakin ditinggalkan oleh generasi muda, namun seniman I Made Bakti Wiyasa punya cara tersendiri untuk memperkenalkannya kepada anak-anak.

Bakti mengenalkan dunia pertanian lewat melukis bersama anak-anak.

Ia mengajak anak-anak di Desa Pemanis, Penebel, Tabanan untuk melukis alat-alat pertanian tradisional dan hewan di sawah lewat sangar Rare Teba Kangin Pemanis.

Setelah melukis alat-alat pertanian maupun hewan di sawah, anak-anak diajak melakukan pameran di halaman sanggar.

Begini Respon Nagita Slavina Saat Raffi Ahmad Ditawari Maju di Pilkada Tangsel 2020

Prakiraan Cuaca Bali dari BMKG, Hari Ini Kamis 16 Juli 2020

Bupati Anas Berbagi Strategi New Normal Pariwisata ke Ratusan Pelaku Wisata Jatim

“Pameran kita  mulai saat ada kunjungan dari Bapak Agung Diputra Kepala UPTD Taman Budaya Provinsi Bali dan terus berlanjut hingga hari ini. Pameran tetap ada di ruangan dan pameran di luar ruangan kita gelar di halaman  sanggar,” kata Bakti saat diwawancarai Kamis (16/7/2020) siang.

Pameran  di luar ruangan digelar dengan penyajian karya pada papan sketsel dengan posisi mengelilingi lumbung padi.

Adapun yang dilukis oleh anak-anak ini yakni ketam atau anggapan, alat perata tangkai padi Bali dimasa lampau yang disebut pengetapan padi, sok penegteg untuk ngalinggihan Dewa berwujud sajen Betara Sri dari media buah padi dan daunnya yang diwujudkan purusa dan predana.

Juga ada okokan sampi untuk penanda sapi yang berupa leontin kalung berupa lonceng kayu pada leher sapi serta alat pertanian lain.

“Karya-karya yang dipamerkan dengan objek khusus alat-alat pertanian di masa lampau yang pernah digunakan di desa Pemanis kurun waktu tahun 1950-an hingga tahun 1990-an. Anak-anak juga ada yang melukis pemandangan alam, bunga, binatang lucu serta mengenal kupu-kupu lewat lukisan. Mereka melukis dengan cat air,” katanya.

Anak-anak sanggar ini membuat kelompok dengan anggota kelompok terdiri dari 5 orang.

Sebelum mulai melukis, setiap kelompok dijari cara mengenal art material seperti pensil warna, pensil, arang, cat air serta karakter kertas gambar dan kertas cat air.

Lalu mereka belajar tehnik dan belajar merapikan atau clean up  alat-alat melukis dan sampai membukus kembali dan manaruh di lumbung.

Bakti mengaku, anak-anak sangat senang karena mendapat ruang belajar seni rupa.

Jokowi Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal Kedua 2020 Diprediksi Minus 4,3 Persen

Kepala BPS: Penduduk Miskin di Indonesia Naik 1,63 Juta Orang per Maret 2020

Kesamaan Gambar Cadas Nusantara Temuan Peneliti di Sejumlah Goa, Jawaban SMP TVRI 16 Juli 2020

“Selain melukis, di sini mereka juga belajar berpakaian adat dan mempelajari tentang protokol kesehatan,” katanya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved