Sapardi Djoko Damono Meninggal
Sastrawan Sapardi Djoko Damono Dimakamkan di Bogor, Ini Biografi Lengkap Penyair Hujan Bulan Juni
Dia juga menjelaskan, saat pemakaman tidak diperkenankan untuk datang beramai-ramai karena mengikuti imbauan protokol kesehatan dari pemerintah
Ia belajar menulis pada November 1957. Ia menulis apa saja, pokoknya tidak mengutip maupun menerjemahkan. Satu bulan setelah belajar menulis, karya yang berupa sajak dimuat di majalah kebudayaan yang terbit di Semarang.
Namun, ia lupa judul sajak yang ditulis dan majalah yang memuat hasil karyanya.
Saat kecil, Sapardi masuk di Sekolah Rakyat (SR) Kasatriyan yang berada di lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta.
Setelah tamat SR, ia melanjutkan di SMP II yang lokasinya di wilayah Mangkunegaran.
Kemudian masuk ke SMA II Solo, setekah lulus masuk ke Universitas Gajah Mada (UGM) mengambil jurusan Sastra Barat Fakultas Sastra dan Kebudayaan.
Ia pernah memperdalam pengetahuan tentang humanities di University of Hawaii, Amerika Serikat, pada 1970—1971.
Sejak masuk sekolah, ia sudah bergelut dengan dunia sastra.
Ia sering ikut mengisi majalah dinding.
Memiliki bakat lain
Selain menulis puasi, Sapardi juga sebagai penulis.
Ia belajar melukis dari sahabatnya bernama Jeihan.
• Festival Sastra 2015 Undiksha Berasa Sapardi Djoko Damono
Persahabatan dengan Jeihan membuka jalan terciptanya patung Sapardi telanjang yang secara khusus diciptakan sang pelukis untuk pameran lukisan Jeihan di Jakarta pada 29 Juli 2005.
Pernah lukisannya dilelang untuk amal bersama dengan beberapa pelukis lainnya.
Dari situ, Sapardi mempunyai perhatian yang sangat beragam.
Bahkan, Sapardi pernah menyutradarai pentas drama, antara lain Petang di Taman karangan Iwan Simatupang.