Sapardi Djoko Damono Meninggal

Sastrawan Sapardi Djoko Damono Dimakamkan di Bogor, Ini Biografi Lengkap Penyair Hujan Bulan Juni

Dia juga menjelaskan, saat pemakaman tidak diperkenankan untuk datang beramai-ramai karena mengikuti imbauan protokol kesehatan dari pemerintah

Editor: Kambali
KOMPAS.com/ANDI MUTTYA KETENG PANGERANG
Sapardi Djoko Damono diabadikan usai acara peluncuran novel Hujan Bulan Juni karyanya di Gramedia Central Park, Jakarta Barat, Minggu (14/6/2015) sore. 

Ia belajar menulis pada November 1957. Ia menulis apa saja, pokoknya tidak mengutip maupun menerjemahkan. Satu bulan setelah belajar menulis, karya yang berupa sajak dimuat di majalah kebudayaan yang terbit di Semarang.

Namun, ia lupa judul sajak yang ditulis dan majalah yang memuat hasil karyanya.

Tahun berikutnya, sajak-sajaknya mulai bermunculan di ruang-runag kebudayaan di  berbagai penerbitan seperti penerbitan yang diasuh oleh H.B Jassin.

Saat kecil, Sapardi masuk di Sekolah Rakyat (SR) Kasatriyan yang berada di lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta.

Setelah tamat SR, ia melanjutkan di SMP II yang lokasinya di wilayah Mangkunegaran.

Kemudian masuk ke SMA II Solo, setekah lulus masuk ke Universitas Gajah Mada (UGM) mengambil jurusan Sastra Barat Fakultas Sastra dan Kebudayaan.

Ia pernah memperdalam pengetahuan tentang humanities di University of Hawaii, Amerika Serikat, pada 1970—1971.

Sejak masuk sekolah, ia sudah bergelut dengan dunia sastra.

Ia sering ikut mengisi majalah dinding.

Memiliki bakat lain

Selain menulis puasi, Sapardi juga sebagai penulis.

Ia belajar melukis dari sahabatnya bernama Jeihan.

Festival Sastra 2015 Undiksha Berasa Sapardi Djoko Damono

Persahabatan dengan Jeihan membuka jalan terciptanya patung Sapardi telanjang yang secara khusus diciptakan sang pelukis untuk pameran lukisan Jeihan di Jakarta pada 29 Juli 2005.

Pernah lukisannya dilelang untuk amal bersama dengan beberapa pelukis lainnya.

Dari situ, Sapardi mempunyai perhatian yang sangat beragam.

Bahkan, Sapardi pernah menyutradarai pentas drama, antara lain Petang di Taman karangan Iwan Simatupang.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved