Potensi Gangguan Akibat Layangan, PLN Catat Paling Banyak Ada di Bali Selatan

Dampaknya, salah satu perusahaan nasional yang berada di Bali ikut merasakan dampak dari permainan tradisional ini.

Penulis: Firizqi Irwan | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Firizqi Irwan
ilustrasi-Kasus Melayangan saat ditangani Polresta Denpasar dan Polsek Denpasar Selatan beberapa waktu lalu. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ahmad Firizqi Irwan

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Musim layang-layang yang dimainkan masyarakat di Bali pada tahun 2020 ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Bahkan kenaikan ini diketahui saat masyarakat mulai jenuh dengan situasi Covid-19 yang belum diketahui akan berakhir kapan.

Dampaknya, salah satu perusahaan nasional yang berada di Bali ikut merasakan dampak dari permainan tradisional ini.

Salah satunya Perusahaan Listrik Negara (PLN) Provinsi Bali, dimana hampir setiap Kabupaten di Bali, PLN ikut merasakan dampak yang terjadi dari musim layangan ini.

Tebing Pura Uluwatu Belum ‘Dijarit’, Bendesa Adat Pecatu Batasi Jumlah Pemedek ke Utama Mandala

Kejari Denpasar Mudahkan Pelanggar, Bisa Bayar dan Ambil Bukti Tilang via Gojek

Tukad Taman Pancing Denpasar Kembali Berbusa, Kualitas Airnya di Bawah Baku Mutu

Yang terbaru pada hari Minggu (19/7/2020) lalu, PLN Pesanggaran milik PT. Indonesia Power mengalami kerusakan parah pada gardu induk listriknya.

Tepatnya pada bagian Bus Bar 150 kV Gardu Induk yang tertimpa layangan jenis beban berukuran dua meter lebih.

Akibatnya, gardu induk tersebut meledak dan terbakar, bahkan tiga trafo gardu induk dan pembangkit gas PLN Pesanggaran ikut terdampak.

Aliran listrik yang mengalirkan tiga wilayah di Kuta, Denpasar Selatan dan Denpasar Timur padam selama kurang lebih lima jam.

Kasus tersebut lantas dilaporkan ke pihak berwajib dan menemukan tersangka pemilik layangan yakni Dewa Ketut Sunardiya (50).

Perihal kasus Melayangan ini, Tribun Bali sempat menanyakan ke pihak PLN Bali, melalui I Made Arya selalu Manager Komunikasi PLN Unit Induk Distribusi (UID) Provinsi Bali.

Ia mengatakan dalam kasus permainan layang-layang ini, PLN telah menangani laporan terkait gangguan yang ditimbulkan dari permainan tradisional ini sebanyak 70 persen.

Dalam catatan PLN, kenaikan itu meningkat sejak awal bulan Juni 2020 hingga Juli 2020 ini.

"Memang benar, sejak Juni kita sudah mencatat sampai hari ini sudah menurunkan layang-layang sebanyak 500 kali dari transmisi (sutet) di seluruh Bali," ujarnya, Rabu (22/7/2020).

"Sedangkan di kita, PLN UID Bali sudah lebih dari 200 layangan yang kita turunkan dan itu berpotensi gangguan listrik (pemadaman)," lanjut I Made Arya, Manager PLN UID Bali.

179 Kasus DBD Selama Pandemi Covid-19 di Jembrana, Menyebar di Seluruh Kecamatan

Sembuh, Dua Pasien Terkonfirmasi Positif dan Probable Covid-19 di Jembrana Dipulangkan

Dr Aqua Dwipayana Motivasi Pegawai Telkom NTB

Lebih lanjut, ia mengatakan gangguan yang ditimbulkan dari kejadian ini mencapai 60-70 persen, itu meningkat dibandingkan tahun lalu.

Dalam hal lain, potensi gangguan pemadaman listrik pada tahun ini dari bulan Juni sampai Juli 2020 setidaknya ada 74 kali pemadaman dengan durasi 10-30 menit.

Sedangkan tahun lalu hanya 63 kali pemadaman, dengan durasi yang hampir sama pada tahun ini.

"Ya untuk pemandangan listrik tahun ini ada 74 kali potensi gangguan, tahun lalu hanya 63 kali. Rata-rata pemadaman dari 10-30 menit," terangnya.

"Dalam sehari, itu kalau tidak salah satu atau dua minggu yang lalu kita menurunkan layang-layang sekitar lebih 10 di kabel listrik distribusi. Kalau Sutet seminggu ada 7 layang-layang," tambah Made Arya.

Adapun Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Provinsi Bali I Made Arya pun menuturkan potensi gangguan listrik akibat layang-layang ini.

Paling banyak terdampak di wilayah Bali Selatan diantaranya Badung Selatan, Mengwi, Denpasar (seluruhnya) dan Tabanan.

Sedangkan di Bali Timur, ia mengatakan terdampak paling banyak di Gianyar, Klungkung dan Karangasem.

Untuk wilayah yang tidak terlalu terdampak terjadi di wilayah Buleleng, Jembrana sementara di wilayah Bangli tidak ia temukan kasus ini.

"Potensi gangguan di wilayah Bali itu terbanyak di Bali Selatan dari 74 kejadian itu, lanjut di Bali Timur dan untuk wilayah Bali Utara dan Barat tidak terlalu banyak dari dua wilayah itu," jelasnya.

"Tapi untuk kerugian terparah ya, yang kasus kemarin ini. Layangan jenis bebean jatuh di gardu kita. Kerugian keseluruhan kita belum tau pasti, tapi yang kemarin itu kita alami kurang lebih Rp 31 juta, itu terhitung dari alat yang meledak," tutup I Made Arya dikonfirmasi Tribun Bali, terpisah Rabu (22/7/2020).(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved