Konsumsi Gula Membuat Anak Hiperaktif? Benarkah?

Benarkah mengonsumsi banyak gula dapat menyebabkan hiperaktif pada anak? Banyak orangtua mempercayainya.

Foto ilustrasi anak-anak yang sedang bermain dan bahagia 

TRIBUN-BALI.COM - Benarkah mengonsumsi banyak gula dapat menyebabkan hiperaktif pada anak?

Banyak orangtua mempercayainya.

Faktanya, hal tersebut hanya mitos belaka yang tidak terbukti secara ilmiah.

Melansir data Medical News Today, mitos mengenai gula sebagai penyebab hiperaktif pada anak telah dipatahkan oleh berbagai riset ilmiah.

Salah satu penelitian yang telah membuktikannya adalah riset tahun 1995 yang diterbtan dalam JAMA.

Penelitian tersebut menganalisis temuan 23 percobaan dalam 16 karya ilmiah.

PT Solid Gold Berjangka Berikan Edukasi Industri Perdagangan Berjangka Komoditi

Promo Alfamart 24 Juli 2020 Diskon Diapers hingga Susu untuk Si Kecil, Ekstra Potongan Pakai Gopay

Rugi Besar Akibat Covid-19, Dirut Garuda Indonesia : Yang Bisa Menyelamatkan Hanya Penumpang

Dari hasil analisis data terbukti bahwa gula, khususnya sukrosa, tidak memiliki efek pada perilaku kognitif anak.

Namun, peneliti mencatat bahwa setiap anak memiliki efek yang beerbeda-beda ketika mengonsumsi gula.

Akan tetapi, hal tersebut tidak memiliki efek signifikan pada perilaku kognitif anak.

Penyebab anak hiperaktif Melansir laman Healthline, hiperaktif pada anak bisa disebabkan oleh kondisi mental atau fisik.

Misalnya, kondisi yang memengaruhi sistem saraf atau tiroid juga dapat menyebabkannya.

Namun, penyebab hiperaktif paling umum adalah:

ADHD hipertiroidisme gangguan otak gangguan sistem saraf gangguan psikologis.

Pengerjaan By Pass Ida Bagus Mantra Masuk Rencana Strategis Nasional

Jangan Sampai Kena Hoaks, Begini Cara Mencari Tahu Asal Foto di Internet

Semester Pertama 2020, Trafik Penumpang di Angkasa Pura I Turun 49 Persen

Cara mengatasi

Hiperaktif yang disebabkan oleh kondisi fisik memerlukan obat khusus untuk mengatasinya.

Namun, hiperatif yang disebabkan oleh kondisi kesehatan mental memerlukan penanganan psikiater.

Psikiater biasanya akan memberikan pengobatan dalam bentuk terapi dan pemberian obat.

Metode terapi yang digunakan bisa berupa terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi bicara.

Terapi CBT bertujuan untuk mengubah pola berpikir dan perilaku.

Sedangkan terapi bicara digunakan untuk mengembangkan strategi mengatasi dan mengurangi efek perilaku hiperaktif.

Untuk pemberian obat, psikiater juga bisa meresepkan jenis obat-obatan berikut:

96 Jurnalis Dan Pekerja Media Elektroik Positif Corona, IJTI Bentuk Satgas Covid-19

Tidak Semua Jenis Telur Dapat Dibekukan, Simak Aturannya

Hari Kurban, Ini Kumpulan Ucapan Idul Adha 1441 H Menyentuh Hati dalam Bahasa Indonesia dan Inggris

dexmethylphenidate (Focalin)

dextroamphetamine dan amphetamine (Adderall)

dextroamphetamine (Dexedrine, Dextrostat)

lisdexamfetamine (Vyvanse)

methylphenidate (Ritalin).

Penggunaan obat-obatan tersebut memerlukan pantauan dari dokter atau spesialis kesehatan mental. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mitos Atau Fakta, Konsumsi Gula Membuat Anak Hiperaktif?"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved