Pandangan Psikiater Memahami Tindak Aborsi & Gangguan Jiwa Akibat Abaikan Konsep Roh atau Spiritual

Pandangan Psikiater Memahami Tindak Aborsi dan Gangguan Jiwa Akibat Abaikan Konsep Roh atau Spiritual. Konsekuensi Aborsi Jangka Panjang

Tribun Bali/Adrian Amurwonegoro
Bincang-bincang Santapan Jiwa dan Jasmani (Sanjiwani) di kantor Tribun Bali, Ketewel, Gianyar, Bali, pada Selasa (28/7/2020) malam. 

"Konsep timur tidak memandang baik atau buruk dari faktor keturunan, tetapi bagaimana ia dibuat, oleh karena itu mempelajari spirit atau roh lebih penting dan bagaimana hubungan seksual serta permulaannya," ujarnya.

Guru Besar Universita Udayana Bali itu berpendapat, bahwa terlalu mudahnya orang melakukan aborsi adalah tak lain tak bukan karena tidak memahami konsep roh atau spiritual

Eksesnya kemudian, manusia menjadi asal melakukan hubungan seksual tanpa berpikir kemungkinan kehamilan, padahal kembali ia tekankan, seksualitas tidak sekadar aktivitas fisik saja. 

Suryani menegaskan, kehidupan tidak hanya sebatas gumpalan darah akan tetapi ada kehidupan lain yang tidak bisa diabaikan.

Konsep spiritual menjadi aspek penting sebagai dasar seksualitas.

"Mereka memandang kalau menggugurkan janin tidak memahaminya sebagai dosa, jangan menganggap fenomena aborsi hanya sebagai segumpal darah," sebutnya.

Spiritual adalah jawaban apa yang terjadi atau dirasakan berpengaruh oleh para orangtua maupun anak-anak di kehidupan selanjutnya.

Ketika orang menanyakan kenapa ada gangguan jiwa di dalam keluarganya, maka di situ ada peran roh yang merasa diabaikan dan mengikuti keluarga itu.

Dalam sebuah kasus yang dialami pasiennya, ia menceritakan pasiennya yang mengalami kecanduan gadget, film porno dan masturbasi setiap hari, setelah ditelusuri ternyata ada kaitannya dari perbuatan ayah dan ibunya di masa lalu.

"Ada pasien saya yang kecanduan gadget, menonton film prono, melakukan masturbasi setiap hari, waktu kami wawancara ternyata orangtuanya sebelum menikah terjebak dalam gairah yang luar biasa dan sempat berniat menggugurkan anak ini waktu usia 1 bulan, namun akhirnya tidak jadi menggugurkan akhirnya ibu dan bapaknya menikah, tapi selalu ribut, berkelahi selama mengandung," 

"Kemudian si anak ini lahir dalam keadaan tidak nyaman. Anaknya ganteng, fisik lengkap, namun sejak kecil jadi kecanduan seks, mudah marah dan usia 14 tahun mengurung diri. Ini contoh sederhana kalau membuat anak buatlah dalam keadaan tenang," papar dia.

Selain itu, penting bagi pasangan menggambarkan citra anak sejak dalam kandungan untuk merangsang anak saat tumbuh nanti mempelajari banyak ilmu dan kehidupan yang lebih baik lagi.

"Orangtua jangan hanya sibuk mencari uang dan tidak berpikir hubungan seks kalau hamil akan menentukan kehidupan masa depan anak. Kiranya hal ini yang harus segera diperbaiki," tuturnya.

Bahkan sejak tahun 2005, Badan Kesehatan Dunia WHO mengkategorikan bahwa kesehatan  yang seimbang adalah Mind, Body, and Spirit.

Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan Prof. Suryani bahwa aborsi mengabaikan konsep spirit akan memberikan dampak yang jauh bahkan bisa menimbulkan gangguan pada kesehatan jiwa baik pada pelakunya maupun anggota keluarganya. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved