Pandangan Psikiater Memahami Tindak Aborsi & Gangguan Jiwa Akibat Abaikan Konsep Roh atau Spiritual
Pandangan Psikiater Memahami Tindak Aborsi dan Gangguan Jiwa Akibat Abaikan Konsep Roh atau Spiritual. Konsekuensi Aborsi Jangka Panjang
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Suryani berpesan kepada para pelaku aborsi atau pengguna intrauterine device (IUD) agar merenung, meditasi sesuai agama dan kepercayaan masing - masing mendoakan roh-roh yang telah gugur.
"Kembalilah merenung, apakah melakukan pengguguran, apakah pemakaian IUD, menurut pribadi saya IUD bukan mencegah pertemuan sprema dan ovum tetapi mencegah menempelnya roh yang sudah terjadi di kandungan,"
"Perlu meditasi sebab roh-roh bisa mengganggu kehidupan selanjutnya, bukan suami-istri saja, tapi bagaimana membesarkan anak dalam mencari kehidupan, rejeki dan sebagainya atau dalam hubungan dengan orang lain, sehingga perlu ibu dan ayah harus meminta maaf kepada roh itu, tidak ada motif membunuhnya, bahwa itu yang terbaik untuk kelangsungan hidup saudaranya, kalau ditanya berapa anaknya juga menyebutkan jumlah anak berapa keguguran, agar roh merasa dihargai, dan bebas dari karma," beber dia.
Pada kesempatan yang sama, Dr Cok bagus Jaya Lesmana SpKJ(K), menyampaikan tentang pentingnya edukasi seksualitas dalam membangun sebuah keluarga dan menghasilkan generasi penerus yang berkualitas sehat secara fisik, mental dan spiritual.
"Kita melihat bahwa membangun sebuah keluarga tentu ada pernikahan, sehingga orang perlu mengetahui apa yang dipersiapkan untuk memiliki harapan generasi penerus yang berkualitas sehat secara fisik mental dan spiritual dapat diwujudkan," kata aktivis Suryani Institute Forum Mental Health itu.
Dalam membangun keluarga perlu diperhatikan bibit, bebet dan bobotnya sebagai landasan edukasi melanjutkan ke jenjang kehidupan selanjutnya, jangan pernah anggap kuno filosofi ini.
"Masyarakat kita memperhatikan bibit, bebet, bobot sebelum menikah ada filosofi luar biasa di balik ini, bahwa menjalani kehidupan suami istri atau kehidupan yang baru, harus tau apa yang dikerjakan, baik dalam memahami diri sendiri maupun pasangan," ucapnya
Menurutnya, edukasi seksualitas tidak serta merta masalah aktivitas seks saja, melainkan erat kaitannya dengan pemahaman kasih sayang, perhatian, sentuhan dan sebagainya melalui paradigma mind, body dan spirit.
Sehat adalah keseimbangan fisik, mental dan spirit, jika ada elemen yang diabaikan akan dapat menimbulkan gangguan jiwa.
"Yang notabene membuat orang tersebut menghargai dirinya sendiri dan pasangan sehingga tidak akan terjadi kekerasan, aborsi karena ketidaksiapan maupun ketidaktahuan dari pasangan tersebut," terang dia.
Tingginya kasus aborsi adalah bukti dari minimnya pendidikan seksualitas sejak usia dini, padahal pengetahuan seksualitas tidak hanya berpatok pada seiring bertambahnya usia dan pendidikan di sekolah saja seperti yang menjadi anggapan masyarakat selama ini.
"Entah karena adanya stigma atau tabu membicarakan seks atau keenganan untuk mencari tahu apa yang perlu mereka pelajari dan pahami tentang seksualitas. Sehingga penting mengetahui kasih sayang, diri sendiri dan pasangan," ucapnya.
Meskipun berprofesi sebagai dokter, Eko tak hanya memandang gangguan jiwa sebagai dampak dari proses secara biologis dan psikologis yang bermasalah dari seseorang yang mengalami gangguan, melainkan karena ada spirit atau roh yang diabaikan sehingga berdampak pada kesehatan mental bisa mengganggu sekeliling, keluarga dan lingkungan.
Seperti halnya, gravitasi bumi ada sebelum Isaac Newton melempar apel jatuh ke bawah, bahwa roh sudah ada sebelum terbentuk fisik dan mental.
"Sebagai contoh, saya punya seorang pasien umur 18 tahun diajak oleh orang tuanya karena ada keinginan bunuh diri yang kuat, setelah ditelusuri ternyata ada faktor X,"