Ada Orang yang Banyak Makan tapi Tidak Gendut, Apa Penyebabnya?
Ada orang yang harus bersusah payah mengatur pola makan agar mendapat berat badan ideal. Namun ada tipe orang yang tidak gemuk atau bertambah berat ba
TRIBUN-BALI.COM – Ada orang yang harus bersusah payah mengatur pola makan agar mendapat berat badan ideal.
Namun ada tipe orang yang tidak gemuk atau bertambah berat badan, meski mereka tidak mengatur pola makan.
Mengapa begitu? Profesor nutrisi dan ilmu makanan dari University of Rhode Island, Kathleen Melanson, mengatakan bahwa kondisi ini disebabkan oleh banyak hal.
“Ada faktor genetik, nutrisi, dan perilaku. Ketiga faktor ini bersifat relatif pada tiap individu, sehingga hasilnya pun berbeda,” tutur Melanson seperti dikutip dari Live Science, Minggu (2/8/2020).
Salah satu faktor yang tidak memiliki hubungan dengan tipe tubuh, metabolisme, atau genetik adalah persepsi.
Melanson mengatakan bahwa seseorang yang tampak makan banyak tanpa bertambah berat badan sesungguhnya tidak makan lebih banyak dibanding Anda.
• Izin Tinggal Dipakai Buka Praktik Dokter Kecantikan, Imigrasi Deportasi WN Rusia Dini Hari Tadi
• Lahir dari Keluarga Politikus di Indonesia, Inilah Harta Kekayaan Puan Maharani, Meningkat di 2017
• Misteri Meninggalnya Aktor Bollywood, Sang Ayah Ungkap Fakta Ini Mengenai Sushant Sing Rajaputh
Misal, seseorang yang mengonsumsi es krim setiap hari mungkin mengurangi konsumsi karbohidrat pada makanan lainnya.
“Terkadang jika Anda menghitung asupan kalori mereka, orang-orang ini tidak makan lebih banyak dibanding Anda,” tutur Dr Frank Greenway, Chief Medical Officer di Pennington Biomedical Research Center.
Aktivitas fisik juga menjadi pembeda untuk orang-orang ini.
Namun, hal itu tidak sebatas olahraga fisik atau di gym.
“Beberapa orang hanya bergerak lebih banyak, meski mereka bukan atlet. Misal mereka memiliki profesi yang mengharuskan bergerak aktif, atau seorang ibu rumah tangga yang harus menjaga anak-anak berlarian sepanjang hari,” tutur Melanson.
Ada sebuah penelitian yang menyebutkan beberapa orang terlahir dengan kemampuan membakar kalori yang lebih cepat.
Hal itu diungkapkan oleh Dr Ines Barroso, peneliti di University of Cambridge yang mempelajari obesitas dari sisi genetis.
• Promo Alfamart Bulan Kemerdekaan 1-7 Agustus 2020, Promo Produk Kecantikan Diskon hingga 50 Persen
• Update Covid-19: Pasien Sembuh di Bali Capai 85,75 %, Denpasar Mulai Longgarkan Kebijakan Ini
• Ramalan Zodiak Cinta Selasa 4 Agustus 2020, yang Ditunggu Taurus Telah Tiba, Doa Libra Terjawab
Salah satu hormon paling penting yang berperan dalam rasa lapar adalah leptin.
Hormon ini membantu untuk menentukan seberapa lapar kita untuk beberapa waktu mendatang.
Terlepas dari semua itu, faktor genetik sangat berperan dalam kecenderungan seseorang menambah atau mengurangi berat badan.
Para peneliti telah mengidentifikasi lebih dari 250 DNA berbeda yang berhubungan dengan obesitas.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti membandingkan 1.622 orang sehat dengan BMI (Body Mass Index) rendah terhadap 1.985 orang dengan obesitas parah dan 10.443 orang dengan berat badan normal.
Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa partisipan yang kurus memiliki lebih sedikit gen yang terkait dengan obesitas.
Namun, gen saja tidak menentukan berat badan Anda.
• Hari Terakhir Promo Heboh, Product of The Week & Super Hemat, Beli Susu Gratis Minyak Goreng
• Denpasar Akan Rekrut 70 Guru Kontrak SD, Pembukaan Pendaftaran Hanya 2 Hari, Tes Via Zoom
“Kami tidak menemukan gen yang secara eksklusif melindungi dari obesitas atau membuat seseorang rentan obesitas,” tutur Barroso.
Pada akhirnya, jawabannya adalah kecenderungan untuk menambah atau mempertahankan berat badan dipengaruhi oleh banyak faktor yang berada di dalam dan luar kendali kita.
“Namun, seseorang yang cepat bertambah berat badannya bukan berarti dirinya kurang mengontrol diri. Penilaiannya tidak sama antara satu orang dengan orang lain,” paparnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Ada Orang yang Makan Banyak, tapi Tidak Gendut? Sains Jelaskan"