Permintaan Rindik di Karangasem Menurun Drastis, Wisna Tetap Berproduksi Walau Permintaan Sepi
Penjualan kerajinan rindik dan angklungan di Karangasem turun drastis akibat Covid-19
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA-Penjualan kerajinan rindik dan angklungan di Karangasem turun drastis akibat merebak penyebaran corona virus disease (Covid-19) di Karangasem, Bali.
Seperti yang dirasakan pengrajin dari Banjar Pande Mas, Budakeling, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali.
Pengrajin asal Banjar Pande Mas, I Ketut Wisna (60) mengaku, penjualan rindik dan angklungan sepi semenjak beberapa bulan.
Dari Mei hingga hari ini (13/8/2020) tidak ada satupun yang laku terjual.
• Tips Membuat Sambal Kacang Enak ala Pedagang, Bisa untuk Pemula
• Akomodasi Tidak Berizin Sulit Urus Sertifikasi, Sebagian Besar Hotel di Klungkung Belum Berizin
• Jadwal MotoGP Austria 2020, Manpukah Ducati Bangkit ?
Biasanya dalam sebulan pengrajin mampu jual sekitar 4 sampai 5 unit kerajinan rindik dan angklungan.
"Harga rindik dan angklungan bervariatif tergantung ukuran dan isi. Untuk angklungan yang lengkap harganya 750 ribu, sedangkan rindik sekitar 500 ribuan,"kata pengrajin asal Banjar Pande Mas, Ketut Wisna, Kamis (13/8/2020).
Ditambahkan, biasanya hasil kerajinan angklungan dan rindik dipasarkan sekitar hotel dan sekolah di Karangasem.
Hingga sekarang belum ada hotel dan sekolah yang memesan angklungan dan rindik.
Pihaknya berharap permintaan alat kesenian bisa kembali meningkat seperti dahulu.
Turunnya permintaan alat kesenian karena merebaknya penyebaran Covid-19.
Berimbas pada turunnya daya beli masyarakat, mengingat ekonomi warga turun.
Selain itu, dikarenakan turun minat warga main angklungan dan rindik.
Pemuda yang gandrung dengan peralatan kesenian sangat sedikit.
"Semoga genernasi muda yang bergelut dikesenian bisa menghidupkan dan melestarikan kesenian rindik, angklungan dan kesenian lainnya. Ini adalah warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan,"harap I Ketut Wisna.
Pria asli Budakeling ini mengaku tetap berproduksi walaupun permintaan sepi.