Inspirasi Bali

I Made Kembang Hartawan: Saya Tidak Terlahir dari Keluarga Kaya

Sebagian besar masyarakat, terutama di daerah Pangyangan Kecamatan Pekutatan mengetahui, bahwa keluarganya tidak langsung mendapat durian runtuh.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Bli Ojan kembali jalan-jalan. Kali ini, Bli Ojan melawat ke kediaman Wakil Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan.

Bertempat di areal kantor pemerintahan daerah Jembrana, Bli Ojan berbincang dengan orang nomor dua Jembrana tersebut.

Bli Ojan mengenakan pakaian serba hitam.

Sedangkan Kembang Hartawan mengenakan batik dan celana panjang.

Di obrolan santai itu Bli Ojan duduk di samping kanan Made Mariana, nama kecil Kembang Hartawan, yang jarang sekali orang mengetahuinya.

Perbincangan di antara keduanya, dimulai dari membahas pandemi.

Dimulai dari dampak ekonomi karena pandemi, yang membuat banyak orang dari segala lapisan masyarakat menjadi serba sulit.

Optimisme pun menjadi hal penting.

Di mana, produktivitas hingga pemikiran positif bisa menjadi pelecut bangkitnya perekonomian, yang terpuruk.

Siang Ini, Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 5 Resmi Dibuka, Begini Cara Mendaftar secara Online

POPULER: Ayah Kisahkan Jerinx saat SMA Sempat Membuatnya Kaget

Aktor Senior Tio Pakusadewo Resmi Ditahan, Tak Langsung Direhabilitasi hingga Keluhkan Hipertensi

Hasilnya, kabupaten yang dipimpin Kembang selama kurang lebih dua periode, diganjar penghargaan oleh Pemerintah Pusat, sebesar Rp 14 Miliar lebih.

Menangani pandemi, tak ubahnya adalah sebuah mata hewan, diumpamakan oleh Kembang Hartawan.

Di masa sulit seperti saat ini, tinggal bagaimana masyarakat melihat segala kemungkinan yang baik.

Pendek kata, mau menggunakan mata lalat atau lebah.

Kembang pun menyarankan untuk menggunakan mata lebah.

Karena lebah selalu hinggap di bunga atau tempat manis.

Bahkan terjadi simbiosis mutualisme.

Hubungan yang sama baik dan saling menguntungkan.

Warga Jembrana jangan menjadi lalat, yang selalu hinggap di kotoran.

Memberikan dampak tidak baik, bahkan penyakit.

Barcelona Vs Bayern Munchen, 4 Catatan Minor Messi Cs setelah Digelontor 8 Gol oleh Bayern Munchen

Mengenal Kamala Harris, Disebut Donald Trump Tak Pantas Jadi Cawapres karena Orangtuanya Imigran

Sosok Pelari Tercepat Bundesliga Bantu Habisi Barcelona, Hadang Aksi Messi

Di rumah Kembang, Bli Ojan pun penasaran dengan lingkungan sekitar rumah.

Di mana tumbuh tanaman semacam daun kelor, pohon jambu, tanaman hidroponik dan belimbing woloh, serta tanaman lainnya.

Melihat keasrian itu, bisa jadi itu, menurut Bli Ojan adalah tips menjaga kebugaran bagi seorang Kembang Hartawan.

Ternyata, yang dilakukan Kembang ialah melakukan penataan terhadap rumahnya.

Di mana setiap yang tumbuh alami tidak perlu harus dipangkas.

Apalagi, hanya untuk menanam tanaman hias.

Bukan berarti tanaman hias itu tidak baik.

Tapi, alangkah lebih baik, ketika apa yang sudah tumbuh di pekarangan rumah itu kemudian ditata lebih baik dan bisa bermanfaat bagi keluarganya.

Bli Ojan pun penasaran, bagaimana seorang Kembang Hartawan masih mau menata tanaman, yang bisa saja sudah diubah menjadi lebih baik.

Ternyata, memang hal itu tak lepas dari bagaimana perjuangan masa mudanya.

Di mana ayahanda Kembang yang mendidik supaya dirinya juga menjadi sukses di masa sekarang.

Menjadi sukses dan kaya itu, tidak diraih dengan mudah.

Sebagian besar masyarakat, terutama di daerah Pangyangan Kecamatan Pekutatan mengetahui, bahwa keluarganya tidak langsung mendapat durian runtuh.

Meskipun, sebagian orang beranggapan bahwa ia terlahir dari keluarga yang berada.

Namun saksi dari perjalanannya masih ada di daerah itu, di tempat lahir dan besarnya tersebut.

Karir politiknya pun dibangun dengan berdarah-darah.

Bagaimana tidak, sejak kecil, ia sudah harus terjun menemani bapaknya.

Sejak SMA, bahkan. Dari rapat partai moncong putih ia turut ikut.

Kampanye dan kegiatan partai lainnya.

Ia pun menjadi aktivits Gerakan Rakyat Bali bersama Alit Kelakan, hingga berjuang dalam reformasi 98.

Di masa kecil, Kembang bersaudara tiga, dimana ada kakak dan adiknya.

Dulu mereka bertiga hanya tinggal di rumah kontrakan.

Jerih payah bapaknya mulai terasa ketika Kembang beranjak SD.

Momen tidak mapan itu, selalu diceritakan oleh bapak dan ibunya kepada cucu-cucunya.

Terutama ibunya yang saat ini masih diberikan kesehatan.

Hal itulah yang selalu diingat Kembang, upaya tetap menjadi padi.

Merunduk ketika sudah berisi.

"Banyak memang yang mengira (orang kaya). Tapi saya bukan lahir dari orang mampu. Jadi memang bapak dan ibu semua pekerja keras," ucap Kembang.

Bahkan didikan bapaknya cukup keras dirasakan olehnya.

Di mana dia harus bangun pagi jam lima pagi.

Kemudian harus lari atau jogging.

Ketika tidak menaati orangtuanya, maka ia akan dilempar ke serabut kelapa di depan rumahnya.

Bahkan, Kembang juga dididik untuk berlatih bela diri.

Akan tetapi hal itu diakuinya sangat bisa ditolerir pada jaman dahulu.

Akhirnya terbukti, ia bisa menjadi seperti saat ini.

Tak hanya dirinya, bahkan karena saking susahnya yang hanya tinggal di kontrakan.

Kisah susah perekonomian pun, dirasakan oleh kakaknya.

Di mana, kakaknya pun pernah disebut Luh Dolong, yang artinya dalam bahasa Bali itu tidak bisa memotong babi.

Sehingga, untuk upakara tiga bulanan kakaknya, harus di Griya.

Sehingga, kehidupan pahit sudah pernah dialami Kembang pada masa kecil.

Meskipun sudah sedikit 'mentas' dari perekonomian yang susah.

Ia pun tetap harus taat pada orangtua.

Dari usaha kelapa orangtuanya untuk menghidupi perekonomian keluarga, Kembang pun mengaku bahwa ikut dalam hal pelayanan.

Sehingga, sejatinya ia sudah terbiasa dalam hal melayani.

Di bisnis kelapa, mulai dari membantu penjual kelapa ke rumahnya, menjemur kelapa hingga menutup kelapa supaya tidak kena hujan, ia pun melakoninya.

Usaha tidak mengkhianati hasil pun benar adanya.

Setelah usaha bapaknya lancar, dan Kembang lulus kuliah ia pun diminta bapaknya untuk membantu bisnis usaha angkutan.

Itupun dijalankan.

Bahkan, ia menjadi sopir untuk mengetahui seluk beluk dari pengeluaran sopir ketika melakukan pengangkutan barang.

Tak hanya itu, dari masalah mesin, body hingga soal kaki truk pengangkutan pun ia mengetahui berapa pengeluaran yang harus dikeluarkan.

Jadi semua tidak ujug-ujug datang, dan menjadi mapan seperti saat ini.

Kisah haru berkorban untuk Jembrana pun dilakukan Kembang sejak menjadi ketua dewan.

Di mana pada tahun 2004, Kembang memulai bisnis peternakan.

Dilema di antara karir politik dan bisnisnya pun terjadi.

Hal itu pun dikeluhkan ke bapaknya.

Karena usaha peternakannya mulai kacau dalam sisi manajemennya.

Jawaban bapak dari Kembang Hartawan pun mencengangkan.

Di mana bapaknya menyarankan usaha itu ditutup.

Karena ketika bisnis peternakan gagal hanya keluarga yang mengetahuinya.

Berbeda halnya ketika ia buruk ketika duduk menjadi ketua Dewan, maka seluruh warga Jembrana akan mengetahuinya.

Akhirnya Kembang menutup usahanya demi mengabdi kepada masyarakat Jembrana.

Kembang pun mengaku, bahwa ada dosa terbesar yang dilakukannya kepada orangtuanya.

Di mana, ia gagal menjadi Akabri karena tidak sesuai dengan harapan orangtuanya.

Bahkan, persoalan utama itu disebutkan kapada Bli Ojan.

Kembang mengaku, persoalan ia gagal karena memang dikarenakan pacar.

Sehingga Kembang menyimpulkan, bahwa pasangan itu bisa men-support bisa juga menjadi batu sandungan.

Itu menjadi penyesalan Kembang karena mengecewakan orangtuanya.

Karena harapan besar terletak di pundaknya untuk menjadi Akabri.

Di mana bapaknya pun dahulu gagal menjadi Akabri.

Tapi bagaimanapun, Kembang pun berusaha menunjukkan keseriusannya menebus dosanya.

Akhirnya ia aktif dalam gerakan rakyat Bali.

Selain itu, aktif menjadi mahasiswa kritis di kampus dan akhirnya melabuhkan tempat menunjang karirnya di PDI Perjuangan.

Hingga akhirnya bapaknya pun mendidik Kembang menjadi politikus ulung yang mengabdi pada masyarakat.

Terkait nama sendiri, Kembang juga mengakui, bahwa nama lahirnya bukanlah Made Kembang Hartawan yang populer saat ini.

Namun, namanya ialah Made Mariana.

Nama itu sendiri, diubah okeh bapaknya, dikarenakan percaya atau tidak percaya bahwa setelah kelahirannya, ada perekonomian yang mulai membaik.

Meskipun masih ngontrak dan tidak terlalu baik-baik amat.

Namun, masa sebelum Kembang lahir perekonomian bapak dan ibunya jauh lebih sulit.

Dari kesadaran itu, bapaknya akhirnya mengganti nama Made Mariana menjadi Made Kembang Hartawan. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved