Garam Beryodium Kusamba Mulai Kekurangan Bahan Baku
Pemkab Klungkung memproduksi dan memasarkan produk garam beryodium, untuk memberdayakan petani garam lokal Kusamba
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA -Pemkab Klungkung memproduksi dan memasarkan produk garam beryodium, untuk memberdayakan petani garam lokal Kusamba.
Hanya saja dalam perjalannya, produksi garam beryodium ini justru masih kekurangan bahan baku.
Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta melakukan pemantauan ke Koperasi Lembaga Ekonomi Pemberdayaan Pesisir (LEPP) Mina Segara di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, Bali untuk memantau produksi garam beryodium.
Berdasarkan data yang diterimanya, dalam sebulan ini rata-rata kebutuhan pasar terhadap garam beryodium lokal Kusamba ini sebanyak 4,5 ton per bulan.
• Perusahaan dan Pekerja yang Tak Penuhi Syarat Wajib Kembalikan Subsidi Gaji
• Gudang Barang Dagangan Milik Muder di Karangasem Hangus Terbakar Dilahap Si Jago Merah
• BREAKING NEWS - Kecelakaan Maut Terjadi di Jalan Raya Amlapura-Klungkung, 2 Orang Meninggal Dunia
Ini sudah termasuk yang dipasarkan ke swalayan/toko berjejaring, serta pembelian wajib oleh PNS.
"Sementara rata-rata produksi kami dalam sebulan itu 3 ton. Kendalanya kami masih kekurangan bahan baku, dari petani lokal Kusamba yang kami berdayakan dengan program ini," ungkap Suwirta, Selasa (18/8/2020).
Dengan permintaan pasar yang cukup tinggi, seharunya menjadi peluang besar bagi para petani garam lokal untuk terus memggenjot produksinya.
Apalagi perputaran uang dari program ini cukup cepat, yakni garam yang diproduksi petani langsung dibeli oleh Koperasi Lembaga Ekonomi Pemberdayaan Pesisir (LEPP) Mina Segara secara tunai, senilai Rp10.000.
Garam dari petani lokal ini yang dijadikan bahan baku garam beryodium.
"Bahkan ada beberapa petani garam lokal yang enggan menjual dengan harga Rp10 ribu, karena berpatokan dengan harga ke wisatawan. Padahal dengan jual ke Koperasi Lembaga Ekonomi Pemberdayaan Pesisir (LEPP) Mina Segara, perputaran uang mereka cepat," jelas Suwirta.
Menurutnya, saat ini ada 16 orang petani garam lokal yang masih aktif di Kusamba.
Kedepan Suwirta berencana akan kembali mengumpulkan para petani garam lokal ini, untuk lebih menggenjot produksi garam lokal mereka.
"Beberapa waktu lalu, Pertanahan mengeluarkan 49 sertifikat untuk lahan dipesisir Kusamba yang sebenarnya diperuntukan agar mereka tetap eksis membuat garam. Tapi ini petani garam hanya 16 orang yang masih aktif. Kedepan ini mereka semua akan saya kumpulkan, dan berikan pemahaman agar program untuk memberdayakan petani garam lokal ini dapat berkesinambungan," ungkapnya.
Sementara seorang petani garam lokal Kusamba, I Ketut Kaping menjelaskan, saat ini pihaknya dan petani garam lokal lainnya tidak bisa lagi maksimal dalam memproduksi garam.
Selain karena kondisi cuaca yang tidak menentu, juga dikarenakan lahan penggaraman warga yang sudah terkikis abrasi parah.