Terapi Menangis, karena Menangis Sama Pentingnya dengan Tertawa

“Saya lalu melakukan beberapa riset yang menunjukkan bahwa menangis bahkan dapat mengurangi obat-obatan untuk pasien masalah psikologi," ujar Masalawa

kompas.com
ilustrasi menangis 

Bayi pun mulai menangis begitu ia dilahirkan ke dunia.

Walau beberapa spesies mengeluarkan air mata secara refleks ketika iritasi atau kesakitan, manusia adalah satu-satunya makhluk yang tangisannya bisa dipicu oleh emosi.

Pada bayi, menangis sudah jelas sangat penting untuk menarik perhatian dan bantuan orang dewasa.

Tapi, kurang jelas apa yang mendorong manusia dewasa menangis.

Menurut teori Dr.William Frey di tahun 1980-an, tangisan akan menghilangkan toksin dan hormone stres.

Ia mengungkapkan itu untuk menjelaskan mengapa setelah menangis ada efek kelegaan atau kesembuhan.

Hasil risetnya menunjukkan ada banyak faktor yang mendorong kekerapan seseorang untuk menangis, misalnya pendapat yang menyebut “anak laki-laki tidak boleh menangis”, sampai perbedaan gender.

Frey juga menyarankan agar kita jangan menghentikan orang yang sedang menangis. Seseorang akan berhenti saat perasaannya lebih nyaman.

Psikolog Belanda Dr.Ad Vingerhoets mengatakan, "efek katarsis dari tangisan mungkin dihasilkan dari reaksi menghibur orang lain, daripada tindakan menangis itu sendiri".

Temuan lain yang menarik adalah banyak orang menilai tangisan bukan sebagai kelemahan atau ketidakmampuan, tetapi sebagai sesuatu yang hangat, jujur, dan bisa diandalkan.

“Jika kita menekan emosi, itu akan tetap ada di bawah sadar, dan bisa bermanifestasi menjadi gangguan perilaku atau komplikasi kesehatan mental,” kata psikolog klinis dari Bangalore, Akanksha Pandey.

Penulis Amerika Serikat, Steve Maraboli, yang kutipannya belakangan ini sering beredar di media sosial, mengatakan:

“Menangis. Memaafkan. Belajar. Melanjutkan (move on). Biarkan air mata Anda menyirami benih kebahagiaan masa depan.

"Mungkin sudah saatnya dibuka klub-klub menangis lain di seluruh dunia, terutama di masa pandemi yang berat ini. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Karena Menangis Sama Pentingnya dengan Perasaan Bahagia"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved