Terapi Menangis, karena Menangis Sama Pentingnya dengan Tertawa
“Saya lalu melakukan beberapa riset yang menunjukkan bahwa menangis bahkan dapat mengurangi obat-obatan untuk pasien masalah psikologi," ujar Masalawa
TRIBUN-BALI.COM – Di sebuah klub menangis di India, orang-orang mengetahui seberapa pentingnya arti menangis.
Tidak sekadar membuat perasaan lega, menangis juga diketahui melepaskan hormon perasaan nyaman.
Dimulai dengan air mata yang menggenang di sudut mata. Tak lama, beberapa orang mulai mencari tisu atau saputangan.
Beberapa orang duduk diam, air mata mengalir deras ke pipinya.
Sebagian lagi menangis tersedu-sedu, dan ruangan itu dipenuhi oleh suara isak tangis.
Itu adalah Minggu pagi yang biasa di Kota Surat di India bagian Barat. Orang dari segala usia berkumpul di sebuah aula, mereka menghadiri pertemuan bulangan di satu-satunya “klub menangis sehat” di India.
Klub itu baru berdiri di tahun 2017.
Pendirinya, Kamlesh Masalawala, memahami nilai sebuah air mata kebahagiaan.
Padahal ia sebelumnya diakui sebagai terapis tawa pertama di India.
• 7 Kebiasaan Ini Bisa Membuat Anda Menjadi Gemuk, Nomor 7 Sering Dilakukan
• Sebelum Meninggal di Kamar Hotel di Bali, Pria NTB Ini Punya Riwayat Sakit, Batuk & Keluar Darah
• Merasa Lelah Fisik dan Emosional? Coba Lakukan Hal-Hal Ini
Beberapa tahun kemudian, ia menemukan pekerjaan alternatifnya sebagai terapis tangis.
“Bahagia dan duka adalah dua sisi dari sebuah koin. Setiap manusia harus tertawa dan juga menangis untuk menunjukkan emosinya,” kata Masalawa, seorang mantan tukang reparasi radio.
Ia mengatakan, ia disarankan oleh salah satu psikolog untuk melakukan terapi menangis.
“Saya lalu melakukan beberapa riset yang menunjukkan bahwa menangis bahkan dapat mengurangi obat-obatan untuk pasien masalah psikologi. Saya pun mulai membuat klub menangis,” katanya.
Pengalaman masa lalu
Pada pertemuan pertama klub itu pada Juni 2017, Masalawala menceritakan pengalaman hidupnya.
Ia mengingat masa kecilnya yang miskin, sampai tidak sanggup memiliki uang 200 rupee (sekitar Rp 40.000) untuk ongkosnya ke sekolah.
Ibunya lalu menjual anting emasnya agar bisa memberi uang saku ke anaknya.
Ketika menceritakan kisah itu, Masalawala terbawa emosi dan beberapa peserta mulai menitikkan air mata.
• Hari Terakhir Promo JSM Indomaret, Diskon Beras, Minyak Goreng hingga Deterjen
• Ini Tanda-tanda Seseorang Mengalami Workaholic, Kalau Tidak Bekerja Merasa Tidak Tenang
• Pasca Putus dengan Richard Kyle & Tinggal di Bali, Jedar Pilih Berjuang untuk Orang yang Disayang
Di klub menangis itu, para anggotanya saling berbagi perasaan terdalam, peristiwa emosional yang sebelumnya dipendam.
Masalawala lalu memainkan musik syahdu dan meminta peserta menutup mata dan mengingat peristiwa sedih di masa lalu.
“Biasanya pengalaman ini membuat orang menjadi emosional dan menangis,” katanya.
Masalawala mengatakan, testimoni manfaat yang ia dengar di pertemuannya membuat dirinya merasa diberkati bisa menolong orang banyak hanya dengan mendorong orang untuk bercerita dan mengeluarkan air mata.
“Emosi kita bisa saja ditekan- duka, kesedihan, frustasi, dan kebencian – dan menipu dunia.
"Tetapi emosi tersebut bisa membuat kita susah tidur di malam hari.
"Menangis punya efek kuat untuk menghilangkan semua emosi negative dan membuat perasaan lebih ringan,” katanya.
• 4 Masker Buah Ini Ampuh untuk Menjadikan Kulit Glowing, Apa Anda Sudah Mencobanya ?
• Pendapatan PHR di Badung Meningkat, Hampir Mencapai 100 Persen Sejak 31 Juli 2020
• Berlangsung Malam Ini, Berikut Link Live Streaming Liverpool vs Leeds United
Awalnya di Jepang
Klub menangis pada awalnya berasal dari Jepang, negara yang penduduknya terkenal sering menekan emosi mereka.
Klub tersebut diperkirakan ada sejak tahun 2013 di Tokyo oleh pengusaha Hiroki Terai setelah ia melihat bagaimana emosionalnya seseorang setelah perceraian.
Kegiatan menangis itu dalam bahasa Jepang disebut rui katsu (aktivitas air mata), termasuk memancing air mata dengan menonton film pendek, video klip, dan puisi sedih.
Menangis merupakan bahasa komunikasi paling utama bagi manusia.
Bayi pun mulai menangis begitu ia dilahirkan ke dunia.
Walau beberapa spesies mengeluarkan air mata secara refleks ketika iritasi atau kesakitan, manusia adalah satu-satunya makhluk yang tangisannya bisa dipicu oleh emosi.
Pada bayi, menangis sudah jelas sangat penting untuk menarik perhatian dan bantuan orang dewasa.
Tapi, kurang jelas apa yang mendorong manusia dewasa menangis.
Menurut teori Dr.William Frey di tahun 1980-an, tangisan akan menghilangkan toksin dan hormone stres.
Ia mengungkapkan itu untuk menjelaskan mengapa setelah menangis ada efek kelegaan atau kesembuhan.
Hasil risetnya menunjukkan ada banyak faktor yang mendorong kekerapan seseorang untuk menangis, misalnya pendapat yang menyebut “anak laki-laki tidak boleh menangis”, sampai perbedaan gender.
Frey juga menyarankan agar kita jangan menghentikan orang yang sedang menangis. Seseorang akan berhenti saat perasaannya lebih nyaman.
Psikolog Belanda Dr.Ad Vingerhoets mengatakan, "efek katarsis dari tangisan mungkin dihasilkan dari reaksi menghibur orang lain, daripada tindakan menangis itu sendiri".
Temuan lain yang menarik adalah banyak orang menilai tangisan bukan sebagai kelemahan atau ketidakmampuan, tetapi sebagai sesuatu yang hangat, jujur, dan bisa diandalkan.
“Jika kita menekan emosi, itu akan tetap ada di bawah sadar, dan bisa bermanifestasi menjadi gangguan perilaku atau komplikasi kesehatan mental,” kata psikolog klinis dari Bangalore, Akanksha Pandey.
Penulis Amerika Serikat, Steve Maraboli, yang kutipannya belakangan ini sering beredar di media sosial, mengatakan:
“Menangis. Memaafkan. Belajar. Melanjutkan (move on). Biarkan air mata Anda menyirami benih kebahagiaan masa depan.
"Mungkin sudah saatnya dibuka klub-klub menangis lain di seluruh dunia, terutama di masa pandemi yang berat ini. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Karena Menangis Sama Pentingnya dengan Perasaan Bahagia"