Masa Pandemi Covid 19, Omzet Penjual Peralatan Penjor di Denpasar Turun 60 Persen
Dari hasil survei Tribun Bali di sejumlah pedagang piranti penjor di Denpasar, rata-rata pedagang penjor mengaku omzetnya turun mencapai 60 persen
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 mempengaruhi jumlah pembeli peralatan penjor di Denpasar.
Dari hasil survei Tribun Bali di sejumlah pedagang piranti penjor di Denpasar, rata-rata pedagang penjor mengaku omzetnya turun mencapai 60 persen jika dibandingkan dengan Hari Raya Galungan sebelumnya.
"Turun sekarang 60 persen. Modal saya di Galungan ini Rp 40 juta, omzet kotor yang saya dapat sekarang Rp 50 juta, untungnya cuma Rp 10 juta," kata Wayan Nano, salah satu pedagang penjor di timur Pasar Agung Peninjoan, Denpasar, Senin (14/9/2020).
Saat Hari Raya Galungan sebelum-sebelumnya, biasanya modal Nano untuk berjualan peralatan penjor Rp 100 juta. Dari modal itu, biasanya ia bisa dapat untung Rp 50 juta.
• WHO Minta Waspadai Kematian Harian di Eropa Akibat Kasus Covid-19 yang Meningkat pada Oktober
• Update Covid-19 Bali 14 September 2020, Positif Bertambah 86 Orang, Sembuh 91 Orang, 5 Meninggal
• Digelar di Tengah Pandemi dan Dua Putaran, Leonard Tupamahu Sebut Liga Tahun Ini Terkesan Memaksakan
"Kalau Galungan sekarang, saya tidak berani ngambil barang banyak. Makanya cuma beli barang Rp 40 juta saja," kata Nano
Pria yang sudah berjualan peralatan penjor senjak tahun 1997 ini juga menceritakan bahwa biasanya pada Hari Galungan sebelumnya, masyarakat sudah ramai membeli peralatan penjor sejak H-7 Galungan.
Namun pada Galungan kali ini, pembeli baru banyak datang sejak Minggu (13/9/2020)
• Jika Finish di 5 Besar, Klub Irfan Bachdim Ini Akan Berikan Bonus Besar ke Pemain
• Leonard Tupamahu Sayangkan Piala AFC Ditunda
• Jelang Galungan, Desa Adat Legian Lakukan Disinfeksi di Pura dan Pasang Marking Jaga Jarak
Wayan Nano menjamin harga peralatan penjor di tempatnya jualan jauh lebih murah dari tempat lain.
Sebab, ia tidak membeli barang di pihak kedua, melainkan di pihak pertama.
"Saya beli bahannya di Sumbawa, saya bawakan bahannya ke para tukang janur dan lainnya, saya suruh buatin. Makanya saya bisa jual lebih murah. Biasanya orang jual Rp 150, saya berani jual Rp 120 ribu," ucap Nano
Di tempat terpisah, salah satu penjual peralatan penjor di Jalan Kenyeri, Denpasar, Yan Adi, menuturkan bahwa omzetnya pada galungan kali ini turun 60 persen daripada sebelumnya.
• Terjatuh Dua Kali dan Digeser dari Puncak Klasemen, Fabio Quartararo Dapat Pelajaran Baru
• Bupati Artha Resmikan Poli Mata RSU Negara, Masyarakat Bisa Daftar dan Bayar via Smartphone
"Turun sekarang 60 persenan. Biasanya saya ngambil barang 5 pikap, di Galungan kali ini cuma ngambil 2 pikap saja. Saya tidak berani ngambil banyak karena takut gak laku, sekarang saja masih banyak sisa," kata Yan Adi saat ditemui di warungnya Senin (14/9/2020) sore.