3 Kebiasaan Teratas yang Bisa Mengusir Kebahagiaan dan Menghancurkan Diri Sendiri

Berikut tiga sifat teratas yang dapat menguras energi, membunuh ambisi dan merusak kebahagiaan.

Istimewa
Foto ilustrasi wanita yang mengalami depresi - Film 'Tune In For Love' (Drama) 

TRIBUN-BALI.COM - Semua orang berjuang keras melawan kata-kata negatif di dalam dirinya sendiri yang terus mengkritik dan menghancurkan kepercayaan diri.

Seperti "kamu tidak bisa melakukannya" atau "kamu tidak cukup hebat".

Dengan bantuan terapis yang tepat, kita dapat mengelolanya dengan lebih baik. Namun, bagaimana dengan kebiasaan-kebiasaan yang menghancurkan diri?

Ini berada di bawah radar kesadaran.

Kita menyadarinya, tetapi tidak cukup mampu untuk menantangnya. Aksi tersebut begitu mendarah daging, dan telah menjadi kebiasaan sehingga kita dengan cepat menormalkannya. "Saya tahu saya harus berolahraga lebih banyak, tapi…"

"Saya tidak membuat keputusan yang baik ketika saya minum alkohol terlalu banyak, tapi..."

Malam-malam Anies Baswedan Mendadak Cek TPU Pondok Ranggon, Begini Kata Lurah Setempat

Positif Covid-19 dan Hampir 19 Hari Dirawat, Putri Elvy Sukaesih Bagikan Kabar Terbaru Sang Ibu

Hari Terakhir Promo JSM Indomaret dan Alfamart 20 September 2020, Diskon Minyak Goreng hingga Sampo

Kata "tetapi" itu menjadi alasan untuk tidak membenarkan pilihan yang buruk, apalagi mempertahankan pola yang merugikan diri sendiri.

Demi membebaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan yang menggancurkan diri, berikut tiga sifat teratas yang dapat menguras energi, membunuh ambisi dan merusak kebahagiaan.

Hal itu dijabarkan oleh psikoterapis Sean Grover, L.C.S.W., dalam laman psychologytoday.com.

1. Mengeluh

Komplain atau mengeluh adalah musuh kebahagiaan.

Kepuasan apa pun yang didapat sering kali tak dianggap.

Tidak ada yang salah dengan perasaan tidak mudah puas, terutama jika hal itu menginspirasi kita untuk tumbuh dan menantang diri sendiri.

Tetapi, kebiasaan mengeluh kronis yang tak disertai tindakan apa pun akan membentuk pola berpikir negatif, pesimistis, penuh keputusasaan.

Kondisi itu akan memperkuat rasa tidak berdaya saat menghadapi frustrasi, menguras energi dan menjadi sumber keputusasaan kronis bagi diri sendiri, dan bahkan orang lain di sekitar.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved