Corona di Bali
Rp 1,9 Miliar untuk Pembayaran Insentif Pegawai RSU Bangli
Dari total rencana pengamprahan Rp 6,6 miliar, Rp 1,9 miliar di antaranya digunakan untuk pembayaran insentif tenaga kesehatan
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Rumah Sakit Umum (RSU) Bangli berencana melakukan pengamprahan dana kepada Badan Keuangan, Pendapatan, dan Aset Daerah (BKPAD) Bangli.
Sesuai rencana, total anggaran yang diamprah sebesar Rp 6,6 miliar.
Direktur RSU Bangli, I Nyoman Arsana, Jumat (25/9/2020), menjelaskan, dari total rencana pengamprahan Rp 6,6 miliar, Rp 1,9 miliar di antaranya digunakan untuk pembayaran insentif tenaga kesehatan (nakes).
Khususnya bagi bagi tenaga kesehatan yang kontak dengan pasien Covid-19 di luar tanggungan pemerintah pusat.
Arsana menyebut, dari total 120 tenaga kesehatan, 50 orang di antaranya pembayaran insentif diusulkan kepada pemerintah pusat.
Sedangkan 70 orang sisanya, diusulkan pembayaran insentif melalui pemerintah daerah.
“Mereka ini ada yang tenaga kontrak, ada yang PNS. Namun seluruhnya ditugaskan oleh direktur untuk menangani Covid-19, dan bersentuhan langsung,” ujarnya.
Dijelaskan pula, perbedaan pembayaran insentif oleh pemerintah pusat lantaran sebelumnya RS hanya memiliki 10 ruang negatif.
Sedangkan kriteria pusat, hanya diusulkan pembayaran insentif sebanyak 50 orang.
• Paket GiriAsa Masih Tunggu Arahan KPU dan Bawaslu Terkait Kampanye di Tengah Pandemi Covid-19
• Update Covid-19 Bali 25 September 2020: Kasus Positif Bertambah 144 Orang, 74 Sembuh, 4 Meninggal
• Doa dan Deklarasi Pilkada Damai, Forpimda Banyuwangi Ingatkan Protokol Kesehatan Covid-19
“Karena terjadi peningkatan, kami tambah ruangan dan tenaga kesehatan. Karena sudah berjalan, akhirnya kami berusaha mengusulkan insentif tambahan tenaga kesehatan tersebut ke daerah,” jelasnya.
Besaran insentif Rp 1,9 miliar itu digunakan untuk pembayaran selama empat bulan, mulai dari September hingga Desember 2020.
Penerima insentif ini mulai dari dokter spesialis, perawat, binatu, supir, hingga petugas kamar jenazah.
Sementara Rp 4,7 miliar, lanjut Arsana, digunakan untuk pembelian alat hepa filter hingga APD, mulai dari masker, baju hazmat, sepatu boat, disinfektan, hingga hand sanitizer.
“Pokoknya seluruh alat-alat yang bersifat sekali pakai. Perhitungan kami kebutuhan tersebut cukup hingga bulan Desember dengan asumsi harga yang sudah mulai menurun saat ini,” ungkapnya.
Disinggung mengenai perkembangan Covid-19 di Bangli, Arsana mengatakan hingga kini masih cukup tinggi dan fluktuatif.