Soal Potensi Tsunami 20 Meter di Selatan Jawa, Pakar Sarankan 3 Langkah Mitigasi Ini
Pakar tsunami mengingatkan pentingnya upaya mitigasi dalam merespons hasil kajian riset potensi tsunami 20 meter di selatan Jawa
"Adanya modelling yang dilakukan itu sudah berdasarkan catatan sejarah masa lampau," kata Rahmat.
Karena itu, lanjut Rahmat, BMKG meminta semua pihak menyikapi potensi ancaman gempa dan tsunami besar tersebut dengan bijak.
Sebab wilayah Indonesia kata dia memang memiliki potensi bencana khususnya gempa bumi dan tsunami karena dikelilingi lempeng tektonik mulai dari Barat Sumatera, Simeuleu, Nias, Enggano lalu masuk ke Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua.
"Papua juga kan bisa terancam tsunami kalau ada gempa besar di Jepang, Amerika Latin. Tapi itu sampainya kan lama 13 jam lebih, 24 jam lebih kalau dari Amerika Latin dari Chili. Beda dibandingkan tsunami di selatan Jawa yang hanya dalam hitungan menit sudah sampai," ujar Rahmat.
Gempa megathrust dan ancaman tsunami 20 meter ini, lanjut Rahmat, juga baru prediksi dengan menggunakan data-data yang akurat, catatan sejarah masa lampau.
Memang, kata Rahmat, gempa dan gelombang tsunami tidak bisa diprediksi kapan datangnya.
• Umanis Kuningan, Fenomena Halo Matahari Tampak di Sebagian Langit Bali
• Matahari Bercincin Hebohkan Warga Malang, Begini Penjelasan BMKG
"Justru yang di Palu kita belum pernah prediksi malah terjadi," kata Rahmat.
Rahmat juga mengapresiasi hasil prediksi dan penelitian dari para ilmuwan ITB tersebut.
Ia berharap nantinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan sistem early warning dalam hal kebencanaan.
Siapkan Peringatan Dini
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah menyiapkan sistem peringatan dini atau early warning system terkait adanya prediksi ancaman gempa bumi megathrust dan tsunami setinggi 20 meter di selatan Jawa.
"Sudah kita siapkan sistem, kita sudah menyiapkan jaringan sensor yang mampu mendeteksi dengan akurat dan perangkat yang mampu menerima dengan pasti datangnya bencana gempa dan tsunami," kata Rahmat Triyono.
Selain memasang perangkat sensor BMKG lanjut Rahmat juga akan melakukan simulasi mitigasi bencana gempa bumi megathrust dan ancaman gelombang tsunami di beberapa titik mulai dari Barat Sumatera, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi hingga Maluku.
Simulasi tersebut dilakukan bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Rahmat membantah agenda simulasi yang dilakukan tersebut berkaitan dengan keluarnya hasil penelitian ilmuwan ITB terkait ancaman gempa bumi megathrust dan tsunami 20 meter.