Jenderal Ahmad Yani Salah Satu Korban Penculikan G30S, Sangat Dekat dengan Soekarno

Wafat karena ditembak Pada 1 Oktober, Ahmad Yani menjadi salah satu korban penculikan G30S.

Kompas
Museum Sasmitaloka Ahmad Yani di Menteng, Jakarta Pusat.(https://idea.grid.id) 

Kemudian dirinya menjabat kepala Staf Komando Operasi Tertinggi (KOTI) yang berada di bawah komando presiden.

Dalam waktu empat tahun sejak memimpin Operasi 17 Agustus di Padang, nama Yani terus melesat.

Sebagai perwira profesional, Yani memperoleh kepercayaan untuk dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada 23 Juni 1962.

Jenderal kesayangan Soekarno

Salah satu pakar politik Monash University, Harold Crouch menilai Yani memiliki citra diri yang berbeda dari Nasution.

Meskipun mereka sama-sama sosok antikomunis.

Namun Yani bisa menentang kebijakan Soekarno mengenai PKI secara lebih halus dan dapat diterima.

Sebagai orang Jawa, Yani memperlakukan Soekarno sebagai seorang "bapak".

Meski bertindak salah namun tidak boleh ditentang secara terbuka.

Hal tersebut yang membuat Yani lebih mudah masuk menjadi bagian dari lingkungan Istana Soekarno.

Wafat karena ditembak Pada 1 Oktober, Ahmad Yani menjadi salah satu korban penculikan G30S.

Saat akan dijemput, Achamd Yani menolak untuk ikut serta.

Karena melakukan perlawanan, Ahmad Yani mendapat serangan tembak hingga terbunuh di depan kamar tidurnya.

Setelah tewas, jenazah Ahmad Yani dibawa ke Lubang Buaya dan dimasukkan ke dalam sebuah sumur tua bersama enam korban lainnya.

Pada 4 Oktober 1965, jenazah ditemukan dan dimakamkan dengan layak di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Oleh negara, Jenderal Anumerta Ahmad Yani dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Revolusi berdasarkan SK Presiden Nomor III/KOTI/1965. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jenderal Ahmad Yani, Kesayangan Soekarno"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved