Tak Pantang Menyerah, Desa Sidan Kini Siapkan Agrowisata
Desa Sidan mencoba berbenah dengan mengawinkan agro wisata dengan desa wisata yang memanfaatkan peninggalan kuno di desa ini.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Desa Sidan, Gianyar, Bali tidak pernah patah semangat dalam menggali potensi desa.
Meskipun pernah gagal dalam mengembangkan desa wisata karena potensi desa tidak diminati.
Kali ini mereka mencoba berbenah dengan mengawinkan agrowisata dengan desa wisata yang memanfaatkan peninggalan kuno di desa ini.
"Sekarang kami kembangkan Desa Wisata Kuno yang dikawinkan dengan wisata agro," ujar Perbekel Sidan, Wayan Sukra Suyasa, Kamis (15/10/2020).
Baca juga: Guna Mendorong Transaksi Cashless, Beli Pertamax Bisa Lebih Hemat Rp. 250/Liter
Baca juga: Cara Mencairkan Dana Sekaa Teruna di Denpasar, Ini Persyaratan yang Harus Dilengkapi
Baca juga: Sekaa Truna di Tabanan Ikuti Latihan Menganyam, Belajar Membuat Anyaman Kekayaan Tradisi Agraris
Terkait agrowisata ini, pihaknya memanfaatkan hasil bumi Desa Sidan berupa pertanian organik.
Kata dia, pertanian ini didukung oleh tujuh subak dengan luas 65 hektare.
Suyasa mengungkapkan, proses mengajak para petani dalam mewujudkan hal ini tidak gampang.
Bahkan dia mengatakan hampir setiap hari memberikan sosialisasi dan mensupport para petani untuk mewujudkan hal ini.
"Untuk mengajak petani ke pertanian organik, tidak mudah, bahkan saya setiap hari terjun ke petani memberikan sosialisasi dan support. Akhirnya dengan usahanya, 7 subak di wilayahnya sepakat mewujudkan Desa Sidan sebagai penghasil beras organik," ujarnya.
Lebih lanjut dikatakannya, dalam meyakinkan petani ke arah organik, sebelumnya di Subak Taman Bali sudah uji coba penanaman padi organik seluas dua hektar.
Namun dia mengatakan, saat itu hasil panennya secara kuantitas belum memenuhi harapan, namun secara kualitas sudah menunjukkan hasil positif.
"Percontohan organik sudah panen dua hektare, kini uji coba lagi seluas 6 hektar, sehingga di tahun 2021 seluruh subak sudah pertanian organik," ujarnya.
Tidak saja mengembangkan pertanian organik, pada akses sekunder, jalan subak diperlebar menjadi 1,5 meter.
Hal ini selain mempermudah memasukkan traktor ke lahan pertanian, juga akan digunakan sebagai lintasan tracking bagi wisatawan yang menikmati agrowisata.
"Akses pertanian itu juga digunakan sebagai akses tracking wisatawan, aksesnya sudah terwujud, tinggal penataan," ungkapnya.
Tujuh subak yang digandeng ini, di antaranya Subak Taman Bali, Penempan, Bakbakan, Labak, Tengkung dan Subak Kualon, dengan total keseluruhan petani mencapai 306 KK.
"Seluruh petani sudah sepakat untuk mewujudkan pertanian organik, jadi di tahun 2021 Desa Sidan sudah menghasilkan beras organik," ujarnya. (*).