Suka Duka Relawan dan Petugas PMI Bali di Tengah Pandemi Covid-19
Kepala Divisi Pelayanan Kesehatan PMI Provinsi Bali, Eko Wardani menjelaskan pada awal operasi respons pandemi memang banyak relawan yang tidak bertem
Penulis: Noviana Windri | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Menjadi relawan Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan sebuah panggilan jiwa demi misi kemanusiaan.
Terlebih menjadi relawan PMI yang juga mengharuskan menjadi relawan Covid-19 selama masa pandemi berlangsung.
Di saat banyak orang memilih untuk tidak keluar rumah, para relawan PMI Bali juga turut terlibat dalam menekan angka penyebaran covid-19 yang semakin tinggi.
Baca juga: Cegah Penyalahgunaan Narkotika, BNNK Karangasem Gelar Tes Urine di Kejari Karangasem, Ini Hasilnya
Baca juga: Anak Dapat Bantuan Ponsel, Orangtua Malah Menggadaikannya, Wali Kota Solo Lapor Polisi
Baca juga: 20 Tahun Terpisah sejak Kerusuhan Ambon, Dua Gadis Kembar ini Dipertemukan via Aplikasi TikTok
Ada beberapa bidang yang melibatkan para relawan PMI Bali yaitu bidang mitigasi, bidang edukasi dan promosi kesehatan, serta bidang pelayanan sebagai operasi respon pandemi.
Kepala Divisi Pelayanan Kesehatan PMI Provinsi Bali, Eko Wardani menjelaskan pada awal operasi respons pandemi memang banyak relawan yang tidak bertemu keluarga.
Bahkan, banyak orang tua para relawan yang tidak mengijinkan anak-anaknya untuk bertugas karena takut tertular Covid-19.
"Banyak ketakutan dan kekhawatiran. Namun karena kami relawan dan petugas PMI, ada tugas kemanusiaan yang harus dilaksanakan," terangnya kepada Tribun Bali, Senin (19/20/2020).
Baca juga: Satu Pegawai Positif Covid-19, Seluruh Pegawai dan Dosen ISI Denpasar Bekerja di Rumah
Baca juga: Satu Pegawai Positif Covid-19, Seluruh Pegawai dan Dosen ISI Denpasar Bekerja di Rumah
Baca juga: Pendongeng Internasional Brandon Spars Ajari Guru-guru Bali Menulis Cerita Anak
Namun, para petugas PMI Bali terus mengadvokasi orang tua, memberikan sosialisasi, dan meyakinkan bahwa ada protokol kesehatan yang dipenuhi.
Tidak hanya itu, juga diasuransikan dan dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) oleh PMI.
Saat ditanya kapan waktu terberat PMI Bali dalam menjalankan tugasnya, Eko Wardani mengaku pada saat awal pandemi masuk ke Indonesia.
Yaitu pada bulan April hingga September.
Baca juga: Polisi Tetapkan 131 Tersangka Perusakan Fasilitas Publik Saat Demo Tolak UU Cipta Kerja di Jakarta
Baca juga: 600 Nakes Tabanan Terima Insentif Tahap Pertama, Tahap Kedua Dijadwalkan Cair Akhir Bulan
Baca juga: Kedua Paslon Bupati Bangli Mengaku Siap Debat Pertama
"Saat itu yang terberat saat awal pandemi ini. Dan mengedukasi masyarakat yang tidak mengerti. Ke pasar-pasar dan jalan-jalan setiap hari. Hingga ke rumah-rumah isolasi. Kami keliling Bali untuk memonitor kegiatan. Memastikan relawan bekerja dengan aman dan terlindungi di tengah minimnya sumber daya seperti APD, alat dan bahan," sambungnya.
Mandat PMI sendiri adalah melakukan mitigasi dan edukasi promosi kesehatan kepada masyarakat agar kasus tidak bertambah.
Lalu memberikan dukungan kepada masyarakat yang sudah sembuh atau keluarganya yang sakit agar tidak ada diskriminasi.