Belum Semua Kantor Desa dan Kelurahan di Buleleng Miliki Alat Pemadam Api Ringan

Padahal alat-alat tersebut wajib dimiliki, untuk mempermudah mematikan percikan api, dan mencegah api menjalar ke tempat lain.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Wema Satya Dinata
Istimewa
Dinas Pemadam Kebakaran Buleleng saat menggelar pelatihan dan simulasi bahaya kebakaran. 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA – Sebagian besar kantor desa dan kelurahan yang ada di Buleleng, belum memiliki alat pemadam api ringan (APAR).

Hal tersebut belakangan diketahui saat Dinas Pemadam Kebakaran Buleleng menggelar kegiatan pelatihan dan simulasi bahaya kebakaran di lima desa yang ada di Buleleng.

Kabid Pemberdayaan dan Sumber Daya Manusia Dinas Damkar Buleleng, Pasek Sujendra dikonfirmasi Minggu (25/10/2020) mengatakan, selama melakukan kegiatan pelatihan dan simulasi di desa-desa, yang menjadi evaluasi pihaknya ialah, belum tersedianya alat pemadam api seperti selang dan APAR di beberapa kantor desa dan kelurahan yang ada di Bumi Panji Sakti.

Padahal alat-alat tersebut  wajib dimiliki, untuk mempermudah mematikan percikan api, dan mencegah api menjalar ke tempat lain.

Baca juga: BNNK Klungkung Rehabilitasi Lima Pecandu Narkotika, Pengguna Didominasi Usia Produktif

Baca juga: Update Covid-19 di Denpasar, 25 Oktober: Pasien Sembuh Bertambah 21 Orang, Kasus Positif 23 Orang

Baca juga: Antisipasi Penyebaran Covid-19, Satpol PP Denpasar Tertibkan Kerumunan di Gerai Makanan Gatsu Tengah

“Kami sudah sampaikan ke kantor-kantor desa dan kelurahan, karena menggunakan alat-alat elektronik, sehingga rawan terjadi kebakaran.

Sehingga di kantor-kantor itu harus tersedia APAR, minimal dua buah.

Tujuannya saat terjadi kebakaran, mereka bisa melakukan penanganan ringan.

 Sehingga api tidak cepat menjalar. Sejauh ini APAR baru tersedia di semua kelurahan di kecamatan Buleleng, sementara kelurahan dan desa lain belum,” terangnya.

Selain itu, dalam kegiatan pelatihan dan simulasi yang dilaksanakan sejak Senin (19/10/2020), Sujendra juga menyebut, pihaknya telah mendorong masing-masing desa agar membentuk relawan kebakaran.

Dimana, masing-masing relawan beranggotakan delapan hingga 10 orang, yang terdiri dari Linmas, Staf Desa, dan masyarakat setempat.

Relawan tersebut diharapkan lebih dulu bergerak melakukan upaya pemadaman, apabila di desanya masing-masing terjadi musibah kebakaran.

Proses pemadaman kata Sujendra bisa dilakukan dengan cara tradisional seperti menggunakan pasir atau tanah, serta karung goni yang dibasahi dengan air.

“Selama melakukan simulasi, perbekel rata-rata sudah setuju untuk membentuk relawan itu. Kami pun siap untuk memberikan pelatihan.

 Sehingga dengan adanya relawan ini, mereka sudah tau apa-apa saja yang dikerjakan lebih dulu, sebelum menghubungi petugas Damkar.

Baca juga: Teco Minta PSSI dan PT LIB Datangi Mabes Polri, 1 November Liga 1 kembali Digelar

Baca juga: Kumulatif Pasien Covid-19 di Buleleng Tembus 1.003 Orang

Baca juga: Bade Setinggi 20 Meter Roboh di Gianyar, Keluarga Akui ada Permintaan Khusus

Sehingga api minimal tidak membesar, dan melalap satu bangunan,” jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved