Terkendala Sinyal Internet, Guru di Buleleng Rela Datangi Rumah Siswa untuk Mengajar Murid-muridnya

Kondisi itu lantas membuat sejumlah guru harus bekerja ekstra, agar seluruh siswanya bisa belajar dengan baik.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Guru Kontrak SDN 3 Pedawa Ni Komang Susilawati saat mengajar siswanya, Kamis (12/11/2020). Proses pembelajaran dilakukan oleh Susilawati di rumah siswanya, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Di tengah situasi pandemi covid-19 ini, pembelajaran tatap muka di sekolah nampaknya masih belum bisa dilakukan.

Hal ini dikarenakan, status zona corona di Buleleng begitu cepat mengalami perubahan, dari kuning ke zona orange.

Disamping itu, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Buleleng, banyak orangtua siswa yang tidak setuju anak-anaknya belajar di sekolah, dengan alasan khawatir terpapar covid-19.

Kondisi itu lantas membuat sejumlah guru harus bekerja ekstra, agar seluruh siswanya bisa belajar dengan baik.

Baca juga: Pengurus IMMAPA Bali 2020-2022 Dilantik, Bertekad Ciptakan Mahasiswa Unggul untuk Bangun Tanah Papua

Baca juga: Tingkat Hunian Pasien Covid-19 di RSUP Sanglah Mulai Terkendali, Rata-rata 40 Persen

Baca juga: Cerita Perempuan Pegawai SPBU di Benoa, Detik-detik Pria Todongkan Pistol, Hingga Lari Kocar Kacir

 Salah satunya dilakukan oleh guru kontrak di SDN 3 Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Ni Komang Susilawati.

 Guru yang mengajar di kelas IV ini rela mendatangi rumah muridnya untuk mengajar.

Hal tersebut ia lakukan karena di Desa Pedawa, sinyal internet sulit dijangkau.

Sehingga tidak semua siswa bisa mengikuti pembelajaran secara online.

Ditemui pada Kamis (12/11/2020), Susilawati mengatakan, meski pembelajaran tatap muka di lakukan di rumah-rumah siswa, protokol kesehatan tetap dilaksanakan.

Dimana, proses pembelajaran dilakukan di ruang terbuka, siswa juga diwajibkan menggunakan masker dan jaga jarak.

"Jumlah siswa di kelas IV ada 22 orang. Mereka saya bagi menjadi enam kelompok. Jadi masing-masing kelompok isinya empat atau lima siswa. Kelompok ke satu dan dua, dapat jadwal di hari Senin. Kelompok tiga dan empat hari Selasa, dan kelompok lima dan enam hari Rabu. Lokasi belajarnya per masing-masing kelompok beda, namun tetap di rumah siswa," terangnya.

Susilawati mengaku, pembelajaran tatap muka ini lebih nyaman dilakukan.

 Sebab, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran, ketimbang secara online.

"Pelajaran Matematika utamanya, banyak siswa yang mengaku sulit memahami jika belajarnya secara online. Jadi ada beberapa siswa yang jujur ke saya, sulit memahami pelajaran jika secara online. Jadi soal-soal yang diberikan cenderung  dijawab oleh orangtuanya, bukan oleh siswa itu sendiri," ungkapnya.

Baca juga: 4 Zodiak yang Memiliki Keberuntungan Tinggi, Leo Dikelilingi Orang Baik

Baca juga: Sampai November Sudah Ada 157 Kasus, Kejadian Kebakaran di Badung Masih Tinggi

Baca juga: Update Covid-19 Bali 12 November, Kasus Positif Bertambah 89, Sembuh 61, Meninggal 1

Sementara Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Buleleng, Made Astika yang datang untuk memantau aktivitas pembelajaran di Desa Pedawa ini mengatakan, pembelajaran tatap muka yang di lakukan di rumah-rumah siswa atau biasa disebut dengan luring (luar jaringan) ini memang bisa dilakukan oleh guru, sepanjang jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran tidak banyak, sehingga protokol kesehatan tetap bisa dilaksanakan.

"Ini bisa menjadi contoh untuk satuan pendidikan yang lain, sehingga seluruh aktivitas dan target kurikulum yang ditetapkan oleh sekolah itu sendiri dapat tercapai. Setahu saya, ada beberapa Desa yang sekolahnya  juga sudah melakukan luring ini, seperti di Desa Sepang dan Mengening karena memang wilayahnya sulit terjangkau sinyal internet. Nanti kami akan melakukan pemantauan juga disana, karena zona  Buleleng terus mengalami perubahan, sehingga membutuhkan aktivitas pembelajaran secara daring atau luring ini, " jelasnya.

Astika pun menyebut, potensi untuk melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah sejatinya masih tetap ada.

Namun, berdasarkan hasil survei yang dilakukan, banyak orangtua yang tidak setuju untuk melakukan proses pembelajaran tatap muka disekolah, karena khawatir anak-anaknya terpapar covid-19.

"Keselamatan dan kesehatan anak-anak lebih lenting, dari pada proses pembelajaran dengan tatap muka di sekolah," tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved