Serba Serbi
Balai Hasil Jarahan Perang, Saksi Bisu Kisah Berdirinya Puri Kauhan Ubud
zaman feodal, zaman kerajaan, perang masih kerap terjadi dalam perebutan kekuasaan.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Jenazah Oka Negara yang belum diupacarai, sebagaimana mestinya ikut terbakar seiring dengan terbakarnya istana tersebut.
I Dewa Ayu Muter, putri Oka Negara bersama suaminya Tjokorda Pelonot melarikan diri ke daerah kerajaan Badung.
Setelah itu, pasukan koalisi Peliatan yang dipimpin Tjokorda Gde Soekawati menghancurkan Singapadu dan Batubulan.
“Keesokan harinya mereka menyerang Blahbatuh, yang saat itu masih dikuasai oleh putra Dewa Agung Klungkung Lingsir Nagi. Oleh karena tak berdaya menghadapi gempuran laskar koalisi Peliatan, maka Lingsir Nagi bersama dengan anak istrinya melarikan diri ke daerah asalnya, kerajaan Klungkung,” katanya.
Dengan demikian perjuangan punggawa, manca, pejabat, dan kerabat kerajaan Gianyar yang dipimpin oleh Tjokorda Gde Soekawati itu, akhirnya berhasil memulihkan kembali kerajaan Gianyar.
Lalu kemudian dipimpin oleh putra Dewa Manggis VII, yang bernama Dewa Pahang.
Menurut versi Ide Anak Agung Gde Agung, kata dia, setelah Oka Negara gugur dalam perang, putrinya yang bernama Anak Agung Istri Putra (bukan I Dewa Ayu Muter seperti yang disebutkan di atas) akan dinikahkan dengan keponakan Punggawa Peliatan, bernama Tjokorda Saren Kangin.
Akan tetapi putri itu mengulur-ulur waktu, sampai akhirnya setahun kemudian, ia dinikahkan dengan keluarga Dewa Agung Klungkung bernama Tjokorda Pelonot.
Peristiwa ini menjadi pemicu dari meletuskan perang Negara II.
Pendiri Puri Kauhan Ubud, Tjokorda Ketut Rai, semakin mendalam terlibat dalam pusaran permusuhan antar kerajaan di Bali.
“Demi mengikuti kepentingan negara Mengwi, sekalipun pada diri Tjokorda Ketut Rai mengalir darah Ksatria Dalem Gelgel yang dengan sendirinya merupakan bagian dari keluarga besar Kerajaan Klungkung. Namun demi kepentingan Mengwi, Tjokorda Ketut Rai harus berpihak pada punggawa Ubud,” ujarnya.
Selain alasan kenegaraan, sebelum runtuhnya Mengwi tahun 1891, Tjokorda Ketut Rai telah menjalin hubungan baik dengan Tjokorda Gde Soekawati.
Ia ikut mensuplai kebutuhan senjata api, yang digunakan pasukan Tjokorda Gde Soekawati dalam setiap peperangan.
Senjata-senjata tersebut didatangkan Tjokorda Ketut Rai, dari Singapura melalui perantara para pedagang China.
“Jadi, jelas Tjokorda Ketut Rai mempunyai peran penting dalam meraih dan menjaga kemenangan Tjokorda Gde Soekawati dalam setiap perang yang dia jalani. Sebab untuk mendatangkan senjata dari luar negeri tidaklah mudah,” tegasnya.