Penerbangan Internasional ke Bali Dibuka 1 Desember? Cok Ace: Belum Ada Pembicaraan ke Sana
Wakil Gubernur Bali, Cok Ace mengatakan, bahwa sampai saat ini belum ada pembicaraan mengenai pembukaan penerbangan internasional ke Bali.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Widyartha Suryawan
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dikabarkan akan membuka penerbangan internasional dari dan ke luar Pulau Dewata melalui Bandar Udara (Bandara) Internasional I Gusti Ngurah Rai pada 1 Desember 2020.
Namun nyatanya, rencana pembukaan penerbangan internasional tersebut belum bisa dipastikan.
Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) mengatakan, bahwa sampai saat ini belum ada pembicaraan mengenai hal tersebut.
"Belum, belum, belum ada pembicaraan ke sana," kata Cok Ace usai mengikuti rapat paripurna ke-23 masa persidangan III tahun 2020 DPRD Bali, Rabu (18/11/2020).
Cok Ace menegaskan, penerbangan internasional belum bisa dibuka apabila masih ada Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permenkumham) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pelarangan Sementara Warga Negara Asing Masuk Wilayah RI.

Permenkumham itu keluar atas situasi pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) yang sudah terjadi hampir di seluruh dunia.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, Dewa Made Indra sebelumya mengatakan, rencana pembukaan penerbangan internasional baru sebatas kajian-kajian antara pemerintah pusat dan daerah.
Dikarenakan baru sebatas kajian, maka sampai saat ini belum menjadi keputusan dari pada pimpinan.
"Yang melakukan kajian ini kan nanti melaporkan. Melaporkan kepada Bapak Gubernur, melaporkan kepada pemerintah pusat. Itu baru tingkat kajian di antara pejabat menengah ke bawah," kata Dewa Indra saat ditemui usai rapat paripurna di DPRD Bali, Senin (9/11/2020).
Saat ditanya apakah Pemprov Bali bersedia membuka penerbangan internasional dari dan ke luar Bali dibuka pada 1 Desember mendatang, Dewa Indra mengatakan bahwa persoalannya bukan mengenai bersedia atau tidak.
Jika bersedia sebenarnya Pemprov sudah dari dulu meminta agar penerbangan internasional dan dan ke luar Bali dibuka karena penting untuk perekonomian masyarakat Bali.
Namun tingkat kesiapan Bali akan penerimaan wisatawan internasional agar jangan sampai setelah penerbangan internasional dibuka terjadi eskalasi kasus yang meningkat.
Jika hal itu terjadi, kata Dewa Indra, maka yang didapatkan bukanlah manfaat, melainkan kerugian bagi Bali sendiri.
Oleh karena itu, Dewa Indra menyebut, bahwa persiapan pembukaan penerbangan internasional terus dimatangkan dan saat ini kajian dilakukan oleh tim terpadu dari pemerintah.
Tim terpadu ini terdiri dari beberapa unsur seperti Kementerian Kesehatan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Baca juga: Sebagai Alternatif dari Pariwisata, Wagub Cok Ace Ingin Genjot Sektor Pertanian di Bali
"Semuanya ini melakukan kajian. Hasil kajian ini komprehensif nanti itu baru dibawa ke level pimpinan kalau di daerah itu Pak Gubernur kalau di pusat tentu presiden. Pada waktunya para pimpinan pemerintahan bertemu menyepakati itu," kata Dewa Indra.
Berkaitan dengan simulasi di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Sekda Dewa Indra menyebut bahwa hal ini sudah dilakukan berkali-kali.
Hanya saja, permasalahannya dalam menerima penerbangan internasional bukan hanya di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai saja, tetapi juga hotel, perjalanan dan sebagainya.
"Membuka itu kan ada kaitannya juga dengan imigrasinya. Ada kaitan dengan kebijakan pemerintah pusat yang harus berlaku sama dengan kebijakan negara lain. Ketika negara lain melarang warganya berkunjung ke Indonesia, nah bagaimana dengan kita, kan begitu. Jadi ada asas resiprokal namanya ya," jelasnya.
Oleh karena itu, kata Dewa Indra, kebijakan Indonesia dengan negara lain haruslah sama mengenai kunjungan warga negaranya.
Jika negara lain masih melarang warganya ke Indonesia, meskipun Bali membuka diri maka tidak ada yang tidak ada yang datang.
Okupansi Hotel Baru 20 Persen
Sementara itu, tingkat hunian kamar atau okupansi hotel di Bali baru menyentuh angka 20 persen.
Hal itu lantaran industri pariwisata yang menjadi sektor andalan Bali itu hanya ditopang wisatawan domestik/nusantara.
Kunjungan wisatawan domestik itupun disebut belum pulih seperti sedia kala.
Meski demikian, Gubernur Bali, Wayan Koster mengatakan penanganan pandemi Covid-19 di Bali sudah semakin membaik.
“Tingkat hunian hotel baru sekitar 20 persen,” kata Koster saat menerima kunjungan advance Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Selasa (17/11/2020).

Kedatangan BKSAP DPR RI ini terkait penyelenggaan event Meeting of the Speakers of Eurasian Countries’ Parliaments (MSEAP) 2021 yang bakal digelar di Bali dengan diperkirakan dihadiri 100 negara.
Gubernur Bali Wayan Koster menyambut baik rencana penyelenggaan event Meeting of the Speakers of Eurasian Countries’ Parliaments (MSEAP) 2021.
Bukan hanya di 2021, konferensi internasional juga rencananya akan diselenggarakan setahun berikutnya sehingga ada dua acara besar yang akan dihelat di Pulau Dewata.
Kedua acara ini diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat internasional terhadap pariwisata Bali dan mempercepat pemulihan ekonomi Bali.
Ketua DPD PDIP Provinsi Bali ini berharap dengan terselenggaranya konferensi internasional yang diselenggarakan DPR RI tahun depan akan mengembalikan kepercayaan masyarakat internasional untuk datang ke Bali dan berdampak positif terhadap ekonomi Bali.
Ia pun menyarankan agar konferensi internasional tidak dilaksanakan terpusat di satu tempat khusus seperti Nusa Dua saja, namun bisa mempertimbangkan untuk menyelenggarakan rangkaian acara di destinasi wisata lain, seperti Sanur dan Ubud.
Koster menegaskan, upaya itu dilakukan agar dampak ekonominya bisa lebih dirasakan secara luas oleh masyarakat Bali.
Baca juga: Kepada Menkop RI, Koster: Waktu Kecil Saya Makan Nasi Cacah, Kecil-kecil Tapi Teruji & Spartan
Ketua BKSAP DPR RI, Fadli Zon mengatakan, Bali masih menjadi daya tarik yang sangat besar untuk menjadi tuan rumah konferensi internasional.
Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Meeting of the Speakers of Eurasian Countries’ Parliaments (MSEAP) pada perhelatan MSEAP ke-4 tahun 2019 di Kazakhstan.
“Bali memang sangat memanggil. Biasanya kalau ada konferensi di Bali lebih banyak yang datang,” kata Fadli.
Fadli berharap tahun depan pandemi Covid-19 segera berlalu sehingga konferensi bisa digelar lebih cepat.
Menurutnya, panitia akan mengundang 100 negara untuk hadir dalam konferensi internasional MSEAP yang akan diselenggarakan sekitar bulan September sampai November.
“Lebih cepat lebih baik, tergantung situasi dan keadaan,” ujar politisi Partai Gerindra itu.
Pertumbuhan Ekonomi Bali Minus
Seperti diberitakan Tribun Bali, pertumbuhan ekonomi Bali minus 10,98 persen akibat pandemi Covid-19.
Hal itu diungkakan oleh Kadis Pariwisata Provinsi Bali, I Putu Astawa saat menjadi narasumber dalam acara Bincang Tribun Bali dengan topik "Pencairan Dana Hibah Pariwisata Bali" pada Rabu (28/10/2020).
Astawa menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Bali yang minus tersebut dikarenakan semua sektor terdampak termasuk sektor pariwisata yang notabene menyumbang pendapatan daerah mencapai 55 persen.
Sejak bulan April 2020, sudah tak ada lagi wisatawan internasional yang datang ke Bali dan berlangsung hingga saat ini.
Namun, ia berharap dengan adanya long weekend ini, ada peningkatan kunjungan wisatawan walaupun hanya wisatawan domestik.

Di sisi lain, pihaknya juga tetap mengingatkan agar pengunjung tetap memperhatikan protokol kesehatan.
“Perlu diingatkan juga, jangan sampai ada kluster baru, karena liburan ini malah menambah kasus. Mungkin saat masuk ke objek wisata dibagi ke dalam beberapa gelombang,” katanya.
Sementara itu, Ketua PHRI Kabupaten Badung yang juga tim ahli Gubernur Bali, IGN Rai Surya Wijaya mengatakan dibukanya kunjungan untuk wisatawan domestik tidak memberikan dampak yang signifikan.
Walaupun demikian, kunjungan sudah mencapai 5 ribu dan ia berharap saat liburan panjang ini kunjungan ke Bali bisa mencapai 10 ribu wisatawan.
Menurutnya, saat ini hanya beberapa hotel yang buka dan tingkat huniannya pun masih rendah berkisar antara 7 hingga 9 persen.
“Minggu ini mulai ada kenaikan, mudah-mudahan ada kenaikan sampai 10 persen atau 12 persen. Karena persoalannya, wisatawan domestik masa tinggalnya hanya 3 sampai 5 hari saja,” katanya.
Ia menambahkan, dalam kondisi normal minimal tingkat hunian hotel yakni 40 persen. (*)