Pura di Bali
Tanda Bencana, Jika Suara Gaib Kulkul Pejenengan Klungkung Berbunyi Sendiri
Cerita mengenai kulkul pejenengan yang jika berbunyi sendiri merupakan tanda bahaya atau bencana
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
Kulkul sakral ini, telah hadir sejak zaman Majahaphit hingga zaman Dalem Samprangan di Bali.
Baca juga: Mirip Bade, Ternyata Ada Cerita Pilu dalam Pembangunan Bale Kulkul Banjar Kedampal
Baca juga: Gelar Ngaturang Bhakti di Besakih, Pastika: Jangan Pukul Kulkul Bulus Sebelum Ada Tanda Ini
Sampai ke zaman Kerajaan Gelgel di Klungkung.
Pada era penjajahan, ketika Jepang dan Belanda datang ke Indonesia dan Bali, kulkul ini sempat berpindah tempat sementara, karena adanya perang hebat tahun 1908 di Klungkung.
Lalu dibawalah kulkul ini ke Pura Dalem Kresek, yang masih berada di wilayah Klungkung.
“Masyarakat yang memindahkan ke sana, karena zaman itu kacau saat perang rakyat pribumi dan Belanda,” jelasnya.
Lama-kelamaan setelah kejadian kelam itu, akhirnya suasana menjadi kian kondusif.
Namun kulkul pejenengan masih berada di Pura Dalem Kresek.
Akhirnya entah mengapa, pihak puri mengalami kabrebehan atau kesakitan.
Ada yang sakit-sakitan, dan sebagainya.
Kemudian dicari tahu apa penyebabnya, dan didapatkanlah bahwa kulkul itu harus balik ke Puri Agung Klungkung.
Setelah dibicarakan dengan panjak di wilayah Pura Dalem Kresek ini, akhirnya disetujui bahwa kulkul pejenengan harus kembali ke Puri Agung Klungkung tahun 1970 sampai saat ini.
Baca juga: Kulkul Bulus Terdengar di Pagi Hari, Tabanan Disebut Kabupaten Rawan Bencana di Indonesia
Baca juga: Warga Melaya Geger Temukan Kulkul Rangda
Pemangku menyebutkan, kulkul ini adalah raja tan hana di alam niskala Bali.
“Sebab beliau (kulkul) kerap memberikan pertanda tertentu, saat akan terjadi bencana atau marabahaya di Bali dan mungkin Indonesia,” katanya.
Tanpa ditepak atau dipukul siapa pun, kulkul ini akan bersuara gaib memberi pertanda buruk akan terjadi.
Bahkan yang mendengarkan suara gaib itu pun tidak semua orang.