Pura di Bali

Tanda Bencana, Jika Suara Gaib Kulkul Pejenengan Klungkung Berbunyi Sendiri

Cerita mengenai kulkul pejenengan yang jika berbunyi sendiri merupakan tanda bahaya atau bencana

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
Jero Mangku Pura Pejenengan Puri Agung Klungkung, Klungkung, Bali. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG – Jero Mangku Pura Pejenengan Puri Agung Klungkung, menjelaskan ihwal adanya cerita mengenai kulkul pejenengan yang jika berbunyi sendiri merupakan tanda bahaya atau bencana.

“Saya sebagai pengayah selama di sini, memang setiap ada bunyi atau bersuara sendiri, tandanya ada bahaya atau bencana, dan itu sudah dipastikan,” jelasnya kepada Tribun Bali, Jumat (27/11/2020).

Satu di antaranya, sebelum erupsi Gunung Agung beberapa waktu lalu.

Kulkul pejenengan ini sempat berbunyi secara gaib, dengan sendirinya tanpa dipukul oleh siapa pun.

Erupsi Gunung Agung pun terjadi cukup lama, walau tidak sampai meletus.

Baca juga: Ritual ‘Nuur’ Tirta di Pejenengan Puri Klungkung Tetap Khusyuk, Walau Dikawal Polisi

Baca juga: Terkait Kabar Bersuaranya Kulkul Puri Klungkung, Ini Penjelasan PHDI dan Puri Klungkung

Hal ini membuat warga Karangasem, khususnya di kawasan rawan bencana mengungsi ke wilayah lain.

“Ada yang ke Klungkung membawa barang berharga dan pratima serta hal lainnya,” jelasnya.

Jero mangku melanjutkan, kulkul pejenengan ini berasal dari tanah Jawa, yaitu Blambangan.

“Ini dari sabda atau wahyu Ida Bhtara Pejenengan Agung Puri Klungkung,” tegasnya.

Asal muasal kulkul ini, kata dia, dari kayu khusus bernama Silagui.

Taru ini sekitar tahun 1960an masih bisa dijumpai di banyak tempat.

Namun sekarang hampir tidak ada.

Pohon Silagui ini agak rendah dan berbuah.

“Namun beliau tumbuh cukup besar, dan itu adalah tanda kebesarannya atau keajaiban beliau. Padahal pohon Silagui ini biasanya hanya 15 cm,” sebutnya.

Kulkul sakral ini, telah hadir sejak zaman Majahaphit hingga zaman Dalem Samprangan di Bali.

Baca juga: Mirip Bade, Ternyata Ada Cerita Pilu dalam Pembangunan Bale Kulkul Banjar Kedampal

Baca juga: Gelar Ngaturang Bhakti di Besakih, Pastika: Jangan Pukul Kulkul Bulus Sebelum Ada Tanda Ini

Sampai ke zaman Kerajaan Gelgel di Klungkung.

Pada era penjajahan, ketika Jepang dan Belanda datang ke Indonesia dan Bali, kulkul ini sempat berpindah tempat sementara, karena adanya perang hebat tahun 1908 di Klungkung.

Lalu dibawalah kulkul ini ke Pura Dalem Kresek, yang masih berada di wilayah Klungkung.

“Masyarakat yang memindahkan ke sana, karena zaman itu kacau saat perang rakyat pribumi dan Belanda,” jelasnya.

Lama-kelamaan setelah kejadian kelam itu, akhirnya suasana menjadi kian kondusif.

Namun kulkul pejenengan masih berada di Pura Dalem Kresek.

Akhirnya entah mengapa, pihak puri mengalami kabrebehan atau kesakitan.

Ada yang sakit-sakitan, dan sebagainya.

Kemudian dicari tahu apa penyebabnya, dan didapatkanlah bahwa kulkul itu harus balik ke Puri Agung Klungkung.

Setelah dibicarakan dengan panjak di wilayah Pura Dalem Kresek ini, akhirnya disetujui bahwa kulkul pejenengan harus kembali ke Puri Agung Klungkung tahun 1970 sampai saat ini.

Baca juga: Kulkul Bulus Terdengar di Pagi Hari, Tabanan Disebut Kabupaten Rawan Bencana di Indonesia

Baca juga: Warga Melaya Geger Temukan Kulkul Rangda

Pemangku menyebutkan, kulkul ini adalah raja tan hana di alam niskala Bali.

“Sebab beliau (kulkul) kerap memberikan pertanda tertentu, saat akan terjadi bencana atau marabahaya di Bali dan mungkin Indonesia,” katanya.

Tanpa ditepak atau dipukul siapa pun, kulkul ini akan bersuara gaib memberi pertanda buruk akan terjadi.

Bahkan yang mendengarkan suara gaib itu pun tidak semua orang.

Saat Gunung Agung erupsi, Raja Yogyakarta juga mendengar suara kulkul pejenengan.

“Bahkan kadang suara kulkul didengar sampai di Lombok, ketika Gunung Rinjani bergejolak,” sebutnya.

Setelah sri sultan, kata dia, mendengar suara kulkul ini, kemudian memberitahu Ida Dalem Semaraputra untuk Bali agar berhati-hati.

Pemangku pun dipanggil oleh Ida Dalem untuk ngayah di pura agar jagat Bali tetap rahayu.

Termasuk ketika terjadi tragedi bom Bali I dan II, kulkul pejenengan sempat berbunyi.

Bahkan Mangku Pastika, ketika masih menjadi Kapolda Bali datang memohon ke Pura Pejenengan Puri Agung Klungkung agar diberikan petunjuk.

Baca juga: Cerita Mistis di Hotel Hantu Bedugul: Ada Kejadian-kejadian Ganjil

Baca juga: Mitos dan Sejarah Malam 1 Suro Dalam Adat Jawa, Dipercaya Sebagai Momen Mistis Tentang Mahluk Gaib

“Malam-malam Pak Mangku Pastika datang ke sini, kemudian Mangku Pastika menjelaskan bahwa ia mendapatkan sabda harus tangkil ke sana. Terkait dengan bom Bali I dan II,” jelas Jero mangku.

Kemudian Mangku Pastika, kata dia, melakukan semedi dan mendapatkan sebuah gambaran pelaku-pelaku bom.

Ia menjelaskan, sebulan sebelum bom Bali suara kulkul sudah didengar umat di Bali.

Lalu masyarakat dari berbagai penjuru Bali datang ke pura untuk meminta doa restu agar selamat dari bencana dan marabahaya.

Karena kesungguhan Mangku Pastika secara sekala niskala mencari pelaku bom, akhirnya pelaku ketemu semua.

“Sketsa pelaku digambar dan dipublikasikan, ketemulah orang-orang ini,” jelasnya.

Mangku Pastika mendapatkan sketsa wajah berdasarkan wahyu setelah ke kulkul pejenengan.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved